Tiga Hukum Kehidupan
Pemateri : Dr. Bagus Riyono, M.A. Psikolog
Setiap dari manusia wajib memahami
keterbatasannya, menyadari posisinya, dan memahami posisi dari wahyu Allah baik
Khauliyah dan Khauniyah sehingga manusia dapat memahami kehidupan dengan jernih
tanpa ada campur aduk. Beberapa contoh seperti manusia meragukan hukum waris
padahal Allah sudah menetapkan dalam firmannya. di akhir ayat, sudah
diinngatkan bahwa “Inilah hukum Allah, barangsiapa mengikutinya mendapat surga
dan yang tidak mengikutinya mendapat neraka.”. Inilah perlunya kita
berhati-hati dalam kajian wacana Al-Qur’an.
Contoh yang lain adalah pemahaman feminism
yang kontra dengan Al-Quran karena dianggap terlalu pro terhadap laki-laki.
Topik yang lain adalah post-trust
(sesudah kebenaran). Dianggap sesudah kebenaran karena ini adalah sebuah
kebohongan. Hal ini merupakan kebodohan yang luarbiasa sebab setan melukiskan
ini dengan indah. Strategi post-trust banyak
digunakan hanya untuk melanggar hukum Allah.
Hukum itu satu kata dengan Hikmah dan
Hakim, artinya sendiri adalah “mengikat”. Namun karena satu kebodohan, manusia
cenderung melepas ikatan. Contoh dalam pengetahuan ilmu adalah contoh hukum
gravitasi. Hukum gravitasi ini awalnya adalah sebuah teori. Sebenarnya ini adalah
sebuah metafora, kisah yang diragukan apakah ini merupakan kisah yang
sebenarnya atau tidak. Dalam khasanah keilmuan Islam, abad pertengahan sudah
ada ulama kita yang memikirkan hal ini.
·
PARADIGMA TAUHID
Pada dasarnya, sumber awal dari paradigma
ini adalah Al-Qur’an dan Al-Hadits, kemudian manusia menerimanya dengan
menggunakan akal budi untuk mengambil pelajaran. Hasil pemikiran ini
kemudian akan kita uji dengan penelitian empirik kemudian
mendapatkan kesimpulan oleh akal budi atas data empirik. Lalu melakukan konfirmasi
dan justifikasi kembali kepada Al-Qur’an dan Al-Hadits.
·
PARADIGMA SEKULER
Yang bermasalah dari paradigm ini adalah mengganti
sumbernya dengan asumsi. Inilah pentingnya teori
Anchor untuk dijadikan pegangan oleh cendikiawan muslim. Sumber yang
menjadi awal perjalanan, apabila sudah salah maka langkah selanjutnya akan
menjadi sesat meskipun tahapan selanjutnya adalah sama seperti paradigma
Tauhid. Konfirmasi terhadap spekulasi,
menjadikan proses berpikir yang konsisten dengan suatu pola tertentu. Yang
menjadi masalah adalah anchor yang berbeda. Inilah sebab jangan menggeser
Anchor dari Al-Quran dan Al-Hadits.
Komentar
Posting Komentar