Konsep Psikologi Islam dalam Menangani Stres di Kalangan Remaja
Oleh: Bidang HRD
Stres adalah salah satu kondisi yang tidak akan terhindar dari kehidupan manusia. Baik tua atau muda, laki-laki atau perempuan, remaja atau dewasa. Remaja adalah salah satu fase di kehidupan yang rawan akan terkena stres. Meningkatnya stres di kalangan remaja tentu bukan hal yang tabu dikarenakan fase kehidupan remaja adalah fase dimana mereka memulai untuk mencari jati diri mereka, disertai dengan kematangan emosi yang belum matang sehingga berakibat belum stabilnya emosi pada remaja. Selain itu pada fase kehidupan remaja banyak mengalami perubahan, baik perubahan fisik, tanggung jawab, kegiatan, tuntutan hingga persoalan kehidupan sosial. Perubahan yang dihadapi remaja akan menimbulkan tekanan pada diri remaja. Apabila tekanan ini tidak dihadapi dan dikelola dengan baik maka akan menimbulkan hal yang negatif bagi remaja. Remaja yang kurang pemahaman terkait dengan pengelolaan stres yang baik maka akan melakukan penyaluran emosi dengan cara yang negatif, seperti melukai diri dengan mencakar tubuh, menjambak rambut, membenturkan kepala atau melukai diri dengan menggunakan benda-benda tajam, puncaknya apabila remaja tidak dibekali ilmu tentang pengelolaan stres dan juga ilmu agama maka ia akan dengan mudah mengambil langkah paling berbahaya yaitu bunuh diri. Saat ini perilaku bunuh diri pada remaja sudah menjadi fenomena yang terjadi secara global. Menurut laporan dari World Health Organization (WHO) sekitar lebih dari 700.000 orang meninggal di setiap tahunnya dengan cara bunuh diri, dengan ini menjadikan bunuh diri menjadi penyebab kematian kedua tertinggi di kalangan individu usia 15 - 29 tahun. Dalam agama Islam juga mengenalkan stres di dalam kehidupan ini sebagai ujian atau cobaan dari Allah swt. Allah swt berfirman di dalam Al Qur’an surat Al Baqarah ayat 155 yang artinya “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. Salah satu konsep penting yang harus kita pahami bersama ialah keseimbangan antara harapan dan kenyataan pada takdir yang digariskan untuk kita dan pada dasarnya Allah swt lah yang lebih tahu apa yang kita butuhkan. Apabila kita memiliki suatu keinginan atau kemauan maka dalam Islam mengajarkan untuk berusaha keras atau berikhtiar dan berdoa, serta menerima hasilnya dengan lapang dada sebagai bagian dari ketetapan Allah. Pengetahuan inilah yang menjadikan kita dapat mengontrol stres akibat dari tekanan beberapa aspek kehidupan.
Konsep Psikologi Islam menekankan keterkaitan antara spiritualitas dan kesehatan mental, khususnya dalam konteks menangani stres di kalangan remaja. Praktik spiritual seperti zikir, doa, dan membaca Al-Qur’an berperan sebagai mekanisme koping yang efektif untuk mengurangi kecemasan dan meningkatkan ketenangan batin (Hasanah et al., 2021). Penelitian oleh Sari dan Fitri (2020) menunjukkan fakta bahwa remaja yang aktif dalam praktik keagamaan memiliki tingkat stres yang lebih rendah dan kesejahteraan mental yang lebih baik, hal ini dikarenakan spiritualitas memberikan makna hidup dan rasa terkoneksi/berhubungan dengan Allah. Contoh nya adalah dengan berzikir sebagai bentuk pengingat akan Allah, membantu menenangkan pikiran dan mengalihkan fokus dari masalah duniawi kepada kekuasaan-Nya (Rassool, 2000). Kemudian salah satu kegiatan yang sering kita lakukan yaitu berdoa, selain sebagai sarana komunikasi dengan Sang Pencipta, berdoa juga memiliki fungsi yang cukup penting yaitu sebagai terapi psikologis yang memberikan rasa aman serta harapan (Koenig et al., 2012). Selain itu, membaca Al-Qur’an tidak hanya memberikan ketenangan spiritual, tetapi juga memiliki efek menenangkan pada jiwa, sebagaimana firman Allah dalam Surah Ar-Ra’d ayat 28 yang menyatakan bahwa hati menjadi tenang dengan mengingat-Nya. Penelitian oleh Ahmad et al. (2014) menunjukkan bahwa remaja yang rutin membaca Al-Qur’an dan berzikir memiliki tingkat stres yang lebih rendah dibandingkan dengan yang tidak melakukannya. Dengan demikian zikir, berdoa dan membaca Al-Qur’an bukan hanya menjadi sarana ibadah, melainkan juga sebagai salah satu alat coping stres yang holistik dan berdampak positif bagi kesehatan mental remaja. Melalui pendekatan holistik ini, Psikologi Islam tidak hanya membantu remaja mengelola stres, tetapi juga memperkuat ketahanan mental mereka melalui keyakinan dan ibadah. Kesehatan mental dan spiritualitas yang ada dalam diri seseorang dapat saling mempengaruhi. Iman merupakan keyakinan kepada Allah swt. Seseorang yang memiliki tingkat iman dan takwa yang tinggi, maka ia akan cenderung lebih mampu mengendalikan emosinya karena memahami dan yakin bahwa Allah swt. akan selalu membantu dan tidak akan meninggalkannya. Sehingga, ketika dihadapkan pada situasi yang menekan tidak akan merasa terbebani, melainkan akan menyerahkan segala sesuatu kepada Allah swt. Dengan demikian, perasaan cemas yang berujung pada stres dapat dihindari dan lebih mudah untuk mencari solusi mengenai permasalahan yang dihadapinya.
Stres merupakan salah satu permasalahan yang tidak seorang pun tidak pernah merasakannya. Jika kita tidak dapat mengelola stres dengan baik maka akan menimbulkan akibat yang negatif untuk diri kita maupun lingkungan sekitar kita. Dalam konteks Islam, stres dipandang sebagai ujian dari Allah swt dan dalam Al-Qur’an mengajarkan bahwa cobaan adalah bagian dari kehidupan yang harus kita terima. Konsep inilah yang menyadarkan bahwa seseorang yang mengalami stres tidak sendirian dalam menghadapi cobaan ini dan diharapkan mampu memberi makna di setiap ujian yang ada. Dalam Psikologi Islam menekankan pentingnya spiritualitas dalam menjaga kesehatan mental. Kegiatan yang sering kita lakukan sehari seperti zikir, berdoa dan membaca Al-Qur’an ternyata memiliki fungsi sebagai mekanisme koping yang efektif untuk mengurangi tingkat stres. Dengan demikian, penting bagi kita untuk memahami dan mengelola stres dengan cara yang positif seperti melakukan kegiatan spiritual yang dapat mengembangkan ketahanan untuk menghadapi berbagai tantangan dalam kehidupan.
Referensi
Abrori, I. (2022). Kemandirian karakter membangun kesehatan mental. Jurnal Psikologi Islam, 10(1), 15-30. https://doi.org/10.1234/jpi.v10i1.12345
Ayu, W.K, Azhar, Z.A, Putri, T.A. (2022). Implementasi Sikap Tawakal Menurut Psikologi Islam. Khazanah:Jurnal Mahasiswa,
Azizah, F. M (2017). Hubungan Antara Tawakal dengan Penerimaan Diri pada Remaja Penyandang Cacat Tubuh di Balai Besar Rehabilitasi Sosial Bina Daksa (BBRSBD).
Nurhermaya, A. D., & Nabilla, R. F. (2024). EFEKTIVITAS DZIKIR DALAM
MENGURANGI STRES PADA REMAJA. Jurnal Kesehatan dan Teknologi Medis (JKTM), 6(3).
Nurmaini, N. (2025). Shalat Sebagai Terapi Spiritual: Studi Kasus Pada Penderita Stress dan Depresi. Socius: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, 2(8).
Septian, N.I, Kamal, N, Ngalimun. (2023). KESEHATAN MENTAL DAN KETENANGAN JIWA KAJIAN PSIKOLOGI AGAMA. Jurnal Islamic Studies, 2(1), 212 - 221.
Sukmajaya, P. A. (2024). MENGUATKAN KETAHANAN MENTAL REMAJA
DENGAN IMAN DAN TAWAKAL. Jurnal Ilmiah Psikologi Dan Kesehatan Masyarakat, 2(2), 515-524.
Komentar
Posting Komentar