Post Truth
Pemateri : Dr. Bagus Riyono, M.A. Psikolog
Post Truth adalah sebuah istilah yang mengartikan diri sebagai “pasca kebenaran”. Kenapa harus ada pasca setelah kebenaran? Beberapa ide konseptual yang berasal dari beberapa yang sebenarnya belum terlalu matang namun cukup komperhensif. Pada intinya merujuk pada apa yang kita tangkap sebagai kebenaran saat ini merupakan sebuah kebenaran yang telah ditekuk esensinya (ex : hoax). Fenomena yang sangat terasa ini akan makin kental ketika dibawa ke ranah politik, menjadikan masyarakat menjadi terpecah menjadi dua kutub.
Sebuah
ilustrasi di majalah the economist menuliskan sebuah kata-kata “Art of the lie”
dimana kebenaran yang digeser maka artinya adalah pengelabuhan, diarahkan ke
bias kebenaran tertentu sehingga menjadi bengkok. Post Truth menggunakan media
sosial dengan konsep algoritma yang didalamnya membahas Aljabar, dimana konsep
ini merupakan ilmu basic yang diperkenalkan sebagai karya Al-Khawarizmi.
Aljabar, dalam ranah selanjutnya membahas tentang kemungkinan logika.
Algoritma
merupakan kemungkinan-kemungkinan logika yang dapat ditemukan ketika manusia
berada pada sebuah persimpangan kehidupan. Algoritma dalam pembahasan modern
telah merasuk pada media sosial dalam bentuk search engine sehingga pengarahan
informasi tertentu akan saling berkaitan dan menjadi kompleks.
Penggiringan-penggiringan suatu konteks akan masuk ke dalamnya konten-konten
pro kontra. Contoh saat tahun politik, masyarakat akan mencoba mencari sub
pembahasan pro a, sehingga secara otomatis search engine bukan hanya
menampilkan pembahasan pro a namun juga anti b.
Fenomena Pertama :
“Kecenderungan
hawa nafsu manusia untuk diakui telah terfasilitasi oleh teknologi”
Dengan
penggiringan opini pribadi, dapat dimanfaatkan oleh segala macam doktrin
kekuasan Political abuse, orang2 akan berada pada post-truth sebab kebohongan
terus menerus muncul sehingga terdoktrin bahwa kebohongan yang terus diulang
akan menjadi kebenaran. Maka dengan ini beberapa analisis perlu dipahami untuk
menghindari post-truth :
1.
Bagaimana memahaminya?
2.
Bagaimana meresponnya?
3.
Bagaimana mengujinya?
Pada
dasarnya cara terbaik untuk memahami permasalahan post-truth adalah dengan
memahami isi Al-Qur’an sebab segala kebenaran yang lurus berada di sana. Tentu
dengan metode pengkajian yang benar tanpa dilakukan secara individu.Tetap
waspada pada false meaning dan terus
bertaqwa adalah kunci dari menghadapi hal ini. Ketika membahas maksud
kehidupan, sejatinya agar kita bisa bersaksi apa saja kebenaran yang sebenarnya
terjadi, bukan sebatas mengklaim kebenaran tersebut. Tidak ada kewajiban
merubah dunia, yang ada hanyalah memahami dunia sesuai dengan bagaimana cara
kita melihat. Yaitu dengan sebuah ilmu, melihat pada jalan yang lurus.
Komentar
Posting Komentar