Hakikat Manusia Perspektif Psikologi Islam

 Pemateri : Dr. Bagus Riyono, M.A. Psikolog


Dalam QS. Surah Al-Baqarah : 30,

 

اِذْ الَ لِلْمَلٰٓئِكَةِ اِنِّيْ اعِلٌ الْاَرْضِ لِيْفَةًۗ الُوْآ اَتَجْعَلُ ا ا الدِّمَآءَۚ لَكَۗ الَ اَعْلَمُ ا لَا لَمُوْنَ

Artinnya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, "Aku hendak menjadikan khalifah di bumi. " Mereka berkata, "Apakah engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuja-Mu dan menyucikan nama-Mu ?" Dia berfirman, "Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."”

maunisa diciptakan untuk menjadi khalifah (pengganti, mengganti, memegang amanah). Kemudian pada QS. Ad-Dhaariyat : 56

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Artinya : “ Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku”

bahwa manusia juga diciptakan untuk mengabdi kepada Allah. Sehingga apabila digambarkan, manusia dapat digambarkan dalam sebuah lingkaran Innalillahi wa inna ilaihi roji’un. Lingkaran ini merupakan suatu hukum yang diklaim dengan justifikasi dari Al-Qur’an. Lingkaran ini diartikan sebagai suatu keniscayaan bahwa segala sesuatunya berasal dari Allah dan kembali kepada Allah. Lingkaran ini berisikan Allah sebagai Anchor, dan manusia sebagai khalifah dan Abdullah. Dalam hal ini sebenarnya manusia pada dasarnya dituntut untuk belajar mencari dan memahami pengalaman untuk menjelaskan makna kehidupan selama perjalanan ini.

Ketika manusia turun sebagai khilafah, manusia dibebaskan untuk memilih. Hal ini disebabkan agar manusia dapat belajar dari segala hal yang telah dipilihnya untuk menguatkan jiwa dan pemahaman dalam membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Khalifah mengandung dua elemen, yaitu kebebasan untuk memilih dalam rangka belajar melalui Law of Effect, Law of Exercise, dan Law of Readinnes sehingga semakin manusia belajar semakin dia mendekati kebenaran.

Disisi lain, manusia menghadapi kehidupan yang tidak mudah seperti ujian ketidakpastian, banyaknya pilihan yang membuat kita berada dalam posisi tidak berdaya. Sehingga manusia rentan mengalami resiko dalam posisi ini. Karena kelemahannya ini, manusia mencari pegangan/jaminannya. Apabila berhasil, dia akan mengambil pegangan pada Allah, namun apabila salah dalam proses belajar manusia akan menggapai-gapai pegangan yang mengarahkan diri kepada thogut.

·         System of Fitrah

1.      Kebebasan

Setiap dari manusia berhak menentukan pilihannya. Kita harus memaknainya sebagai kesetaraan tehadap seluruh manusia termasuk anak-anak. Kebebasan adalah kondisi yang bersifat potensial.

2.      Ketidakpastian

Jangan pernah menganggap bahwa segala sesuatu yang direncanakan akan mengalami keberhasilan semua. Anda harus memahami bahwa apa yang akan kita lakukan besok belum pasti sesuai dengan keinginan. Keniscayaan akan adanya ketidakpastian ini harus selalu ditanamkan dalam setiap langkah dan komunikasi kita.

3.      Kerentanan/Lemah

Kita semua dilarang untuk merasa hebat, merasa bisa melakukannya sendiri. Haruslah sadar bahwa manusia akan selalu berada didalam ketidakberdayaan. Mulailah terbuka untuk menjalin kerjasama dan menerima pertolongan orang.

3 sikap ini memiliki dua sisi yang bersifat objektif dan juga sikap utama yang patut untuk dikembangkan sebagai respon dari objektifitas itu.

1.      Kebebasan bergandengan dengan rasa tanggungjawab

kebebasan bukan berarti bisa melakukan semaunya sendiri. Kebebasan dianggap sebagai kemampuan untuk memilih secara psikologis, kognitif, dan perilaku. Disisi lain, tanggungjawab adalah yang harus dilakukan oleh diri kita ini sendiri, memilih untuk bertanggungjawab atau berkeluh kesah.

2.      Ketidakpastian bergandengan dengan harapan

Keyakinan pada akhir perjuangan, tidak memiliki batasan. Dalam kondisi ketidakpastian tidak ada lagi yang bisa dilakukan selain berharap. Iman merupakan harap-harap cemas terhadap apa yang akan terjadi esok.

3.      Kerentanan bergandengan dengan rendah hati

Respon rendah hati merupakan hal mendasar yang pasti tidak akan kecewa dan menderita. Mereka yang kecewa disebabkan dari besarnya ekspetasi dan tidak rendah hati.

 

Jika di transformasikan dari 3 kondisi dasar kehidupan dasar kehidupan kedalam 3 sikap dasar kehidupan adalah rasa tanggung jawab, harapan, dan rendah hati.


Komentar

  1. Masya Allah. Apa yang kalian lakukan dengan menuliskan kembali ilmu ini, Insya Allah, akannmenjadi jariyah kalian, teman-teman. Barakallahu fi kum, semoga Allah istiqomahkan, teman-teman semua.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK