Science Delusion

 Pemateri : Dr. Bagus Riyono, MA Psikolog

Ilmu pengetahuan adalah disiplin keilmuan Islam sebab ilmu pada dasarnya adalah mempelajari dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah. Sains mengalami sekulerisasi pada saat bangsa barat melakukan perang salib dan membawa pulang hasil keilmuan Islam dan mengembangkan keilmuan tersebut, inilah yang disebut zaman sekarang bagi mereka. Sekularisasi yang mempengaruhi ilmu saat itu, mengalami reduksi sehingga ilmu hanya sekedar memahami tanda-tanda saja, hal ini disebut sebagai “Berbasis Bukti”.

Ilmu pengetahuan menjadi pembohong yang digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi alam, dimana tujuan awalnya adalah untuk memakmurkan alam. Sampai pada abad saat ini, ilmu pengetahuan menjadi hegemoni dalam kehidupan manusia. Inilah yang mengakibatkan terjadinya Delusi Sains atau waham ilmiah (kepercayaan berlebihan pada sains) yang menyebabkan sains menjadi sumber kebenaran. Efek buruk dari Science Delusion adalah mengingkari keberadaan Tuhan, mengingkari aturan-aturan Allah.

Agar tidak mudah terjebak pada Science Delusion, maka wajib bagi kita untuk berpikir kritis. Mereka yang terjebak menganggap bahwa Science Delusion adalah hal yang paling benar. “Kitab Suci” mereka adalah jurnal-jurnal Ilmiah karena langsung mempercayai hal-hal yang ilmiah saja. Yang mereka ketahui adalah metode ilmiah hanyalah cara memahami kebenaran, sementara tujuan akhirnya adalah kita dapat memahami tanda-tanda Allah.

Syarat-Syarat mendasar pada metode sains adalah :

1.      Menyatakan bahwa itu sesuatu yang benar

sesuatu yang benar akan membawa kita lebih dekat kepada Allah dan tanda-tanda kebesaran Allah yang akan dipelajari lebih dekat.

2.      Menyatakan hubungan sebab akibat

Penting untuk memahami sebab akibat dari metode ilmiah agar ilmu dapat dipastikan asal muasalnya.

Untuk mengetahui benar atau tidak perlu memenuhi 3 syarat :

1.      Kebenaran

·         Secara fakta dinyatakan bahwa hal itu memang benar.

2.      Keseluruhan dari kebenaran

·         Tidak menyembunyikan sebagian kebenaran, menyampaikan secara komperhensif

·         Jika fenomena tsb “ada benarnya” berarti juga “ada salahnya”. Maka hal itu juga bukan kebenaran. Sebab sifat kebenaran adalah holistic, bukan parsial.

3.      Tidak dicampur oleh kebohongan

·         Tidak ada data tambahan.

·         Tidak mengotori detil-detil kebenaran.

·         Keberpihakan bersifat murni untuk kebenaran, bukan kepentingan.

Jika ketiga syarat tidak terpenuhi, maka hal ini disebut “reasonable doubt” atau sesuatu yang bisa dianggap meragukan maka klaim kebenaran itu akan gugur dengan sendirinya.

            Hubungan sebab akibat teridiri dari 3 akibat :

1.      Sebab harus selalu berkorelasi dengan akibat. Saat sebab terjadi, maka akibat juga harus terjadi.

2.      Sebab harus terjadi lebih dulu daripada akibat.

3.      Walaupun sebab dan akibar berkorelasi namun tidak boleh ada penjelasan lain terhadap kemungkinan penyebab terjadinya akibat itu selain sebab itu sendiri.

Kalau ada penjelasan lain dari 3 syarat, maka hal ini dinyatakan gugur.

            Science tidak bebas terhadap nilai. Selalu ada 2 kemungkinan yaitu menuju kebenaran atau menjauhi kebenaran. Science dianalogikan sebagai labirin, jika salah memilih jalan maka kita akan tersesat semakin jauh. Ingat bahwa pendapat yang menyatakan kebenaran itu sebenarnya adalah kebenaran sementara, bukan kebenaran relative. Science yang benar adalah seperti puzzle, kepingannya adalah kebenaran-kebenaran sementara yang nantinya akan mengantarkan kita pada kebenaran yang absolut.

            Mereka yang mengalami Science Delusion, setiap kali menemukan kepingan baru maka akan merubah gambar sebelumnya sehingga hasil gambar tidak semakin jelas. Mereka sering menyebutnya sebagai evolusi atau kebenaran relative. Padahal mereka sebenarnya tidak yakin pada apa yang mereka katakana dan terus mengalami kebingungan yang berlanjut. Gay Science adalah kaum Gay yang terjun ke ilmu sains untuk merubah beberapa fakta. Maka inilah sebab kaum Muslimin untuk terus berhati-hati agar tidak tergelincir pada labirin.

Ciri-ciri Science Delusion pada muslimin adalah beranggapan bahwa hadits nabi Muhammad adalah tidak ilmiah, dan menganggapnya lebih rendah dari science. Istilah “sahih” ini lah yang kemudian dikenal dalam dunia ilmiah sebagai “valid”. Science Delusion paling parah adalah Scientology (agama baru). Science Delusion berorientasi pada kepentingan, sebuah alat yang digunakan untuk politisasi agar umat terkecoh dengan mengatasnamakan sains. Indikasi laporan ilmiah dapat dilihat pada “penelitian ilmiah” yang berpihak pada agenda politik, maka itu adalah Science Delusion.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK