Science Delusion
Pemateri : Dr. Bagus Riyono, MA Psikolog
Ilmu pengetahuan menjadi pembohong yang digunakan sebagai alat untuk mengeksploitasi alam, dimana tujuan awalnya adalah untuk memakmurkan alam. Sampai pada abad saat ini, ilmu pengetahuan menjadi hegemoni dalam kehidupan manusia. Inilah yang mengakibatkan terjadinya Delusi Sains atau waham ilmiah (kepercayaan berlebihan pada sains) yang menyebabkan sains menjadi sumber kebenaran. Efek buruk dari Science Delusion adalah mengingkari keberadaan Tuhan, mengingkari aturan-aturan Allah.
Agar tidak mudah terjebak pada Science Delusion, maka wajib bagi kita untuk berpikir kritis. Mereka yang terjebak menganggap bahwa Science Delusion adalah hal yang paling benar. “Kitab Suci” mereka adalah jurnal-jurnal Ilmiah karena langsung mempercayai hal-hal yang ilmiah saja. Yang mereka ketahui adalah metode ilmiah hanyalah cara memahami kebenaran, sementara tujuan akhirnya adalah kita dapat memahami tanda-tanda Allah.
Syarat-Syarat mendasar pada metode sains adalah :
1. Menyatakan bahwa itu sesuatu yang benar
sesuatu yang benar akan membawa kita lebih dekat kepada Allah dan tanda-tanda kebesaran Allah yang akan dipelajari lebih dekat.
2. Menyatakan hubungan sebab akibat
Penting untuk memahami sebab akibat dari metode ilmiah agar ilmu dapat dipastikan asal muasalnya.
Untuk
mengetahui benar atau tidak perlu memenuhi 3 syarat :
1. Kebenaran
·
Secara fakta dinyatakan
bahwa hal itu memang benar.
2. Keseluruhan
dari kebenaran
·
Tidak menyembunyikan
sebagian kebenaran, menyampaikan secara komperhensif
·
Jika fenomena tsb “ada
benarnya” berarti juga “ada salahnya”. Maka hal itu juga bukan kebenaran. Sebab
sifat kebenaran adalah holistic, bukan parsial.
3. Tidak
dicampur oleh kebohongan
·
Tidak ada data tambahan.
·
Tidak mengotori
detil-detil kebenaran.
·
Keberpihakan bersifat
murni untuk kebenaran, bukan kepentingan.
Jika
ketiga syarat tidak terpenuhi, maka hal ini disebut “reasonable doubt” atau
sesuatu yang bisa dianggap meragukan maka klaim kebenaran itu akan gugur dengan
sendirinya.
Hubungan sebab akibat teridiri dari
3 akibat :
1. Sebab
harus selalu berkorelasi dengan akibat. Saat sebab terjadi, maka akibat juga
harus terjadi.
2. Sebab
harus terjadi lebih dulu daripada akibat.
3. Walaupun
sebab dan akibar berkorelasi namun tidak boleh ada penjelasan lain terhadap
kemungkinan penyebab terjadinya akibat itu selain sebab itu sendiri.
Kalau
ada penjelasan lain dari 3 syarat, maka hal ini dinyatakan gugur.
Science tidak bebas terhadap nilai.
Selalu ada 2 kemungkinan yaitu menuju kebenaran atau menjauhi kebenaran. Science
dianalogikan sebagai labirin, jika salah memilih jalan maka kita akan tersesat
semakin jauh. Ingat bahwa pendapat yang menyatakan kebenaran itu sebenarnya
adalah kebenaran sementara, bukan kebenaran relative. Science yang benar
adalah seperti puzzle, kepingannya adalah kebenaran-kebenaran sementara yang
nantinya akan mengantarkan kita pada kebenaran yang absolut.
Mereka yang mengalami Science
Delusion, setiap kali menemukan kepingan baru maka akan merubah gambar
sebelumnya sehingga hasil gambar tidak semakin jelas. Mereka sering menyebutnya
sebagai evolusi atau kebenaran relative. Padahal mereka sebenarnya tidak yakin
pada apa yang mereka katakana dan terus mengalami kebingungan yang berlanjut. Gay Science adalah kaum Gay yang terjun
ke ilmu sains untuk merubah beberapa fakta. Maka inilah sebab kaum Muslimin
untuk terus berhati-hati agar tidak tergelincir pada labirin.
Ciri-ciri Science
Delusion pada muslimin adalah beranggapan bahwa hadits nabi Muhammad adalah
tidak ilmiah, dan menganggapnya lebih rendah dari science. Istilah “sahih” ini
lah yang kemudian dikenal dalam dunia ilmiah sebagai “valid”. Science Delusion
paling parah adalah Scientology (agama baru). Science Delusion berorientasi
pada kepentingan, sebuah alat yang digunakan untuk politisasi agar umat
terkecoh dengan mengatasnamakan sains. Indikasi laporan ilmiah dapat dilihat
pada “penelitian ilmiah” yang berpihak pada agenda politik, maka itu adalah
Science Delusion.
Komentar
Posting Komentar