Sejarah dan Prinsip-Prinsip Sains
Pemateri : Dr. Bagus Riyono, MA Psikolog
Sains adalah istilah baku yang cukup populer, dimana merujuk pada sistem pengetahuan yang berisikan tanda-tanda/wujud yang dapat dibuktikan. Sains merupakan segala sesuatu yang dapat dikonfirmasi dan dapat dibuktikan secara sistematis dengan benar dan konsisten. Bukti itu sendiri adalah hasil pengamatan, hasil dari suatu perlakuan, hal-hal yang terjadi/teramati dari kehidupan kita. Hal yang bukan sains adalah seperti angan-angan, tahayul, karangan. Mereka tidak berbasis tanda, sehingga hanya terbatas atau spekulasi. Tidak bisa disebut sains jika segala sesuatu yang muncul disebabkan oleh dorongan nafsu atau kepentingan orang lain, dan juga tidak disebut sains saat segala wujud dibuktikan dengan cara ikut-ikutan.
Ibnul Haytam mengajarkan kepada kita sikap ilmiah bahwa segala hasil ilmiah bukan untuk dijadikan melainkan menjadi pendorong semangat. Representasi bangunan teori ilmuan Barat dapat dibuktikan oleh kita dengan melihat tanda-tanda yang ditemukan. Berikut sikap ilmiah, seorang ilmuwan Islam :
1.
Rendah hati
Seteliti apa pun ilmuwan dalam mengungkap maupun menemukan sesuatu, dia tetap saja memiliki kekurangan. Oleh karena itu, sikap terbuka dan rendah hati dalam mendorong seorang ilmuwan untuk mengakui hasil yang ditemukannya belum sempurna dan tetap memiliki kelemahan, kekurangan, serta ketidaklengkapan.
2.
Biarkan data yang berbicara
Sumber pengetahuan harus dibuktikan secara empiris.
3.
Jangan percaya pendapat orang
Seorang ilmuwan
yang sedang mencari jawaban tidak boleh langsung percaya terhadap
jawaban-jawaban yang muncul. Skeptislah mempertanyakan segala sesuatu terlebih dahulu jika
dirasa masih belum memuaskan akal pikiran tanpa harus melanggar rasa iman.
4.
Dapat
menjelaskan dengan logika yang benar,
Yaitu logika supra Rasional – Sunatullah
dari Allah Yang Maha Benar (argumentatif bersifat logika yang membenarkan)
5.
Explorasi
segala kemungkinan penjelasan (teliti dan detil)
Komentar
Posting Komentar