PARENTING ISLAMI PADA REMAJA

 

            Fase remaja merupakan fase dimana pada masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa. Pada fase ini mengalami perubahan yang begitu cepat dan berbeda, yaitu baik secara fisik maupun secara mental. Masa remaja selalu berkaitan dengan pubertas yaitu suatu periode yang terjadi kematangan fisik tubuh seperti berat badan dan tinggi badan mengalami perubahan serta kematangan fungsi seksual secara pesat terutama pada masa remaja awal.Tahapan perkembangan semua orang tetapi ada kemungkinan terjadi atau mulai pada usia yang berbeda dan jika rentan usianya berbeda biasanya jarak usia tidak terlalu jauh antarindividu.

Ada beberapa tahapan remaja, yaitu sebagai berikut :

1.      Praremaja (Sekitar  umur 11 atau 12 tahun - 13 atau 14 tahun)

Praremaja yaitu masa sebelum sampai pada masa remaja, masa ini juga dapat dikatakan  masa yang paling singkat kurang lebih dijalani selama setahun. Perilaku yang ditunjukkan pada masa ini cenderung negatif disebabkan oleh perubahan hormonal yang membuat suasana hati mudah berubah.

2.      Remaja awal (Sekitar umur 13 atau 14 tahun - 17 tahun)

Remaja awal terjadi peubahan-perubahan yang sangat pesat dan mencapai puncaknya.Emosional yang belum stabil dan terjadi ketidakseimbangan. Proses pencarian jati diri bisa mulai atau terjadi pada masa ini karena pada masa ini belum memiliki identitas yang dipahami oleh individu.

3.      Remaja Lanjut (Sekitar umur 17- 20 tahun atau 21 tahun)

Pada tahapan ini remaja memiliki kebutuhan untuk menjadi pusat perhatian dan melakukan sesuatu dengan mendapatkan apresiasi dari orang lain. Memantapkan identitas dan memiliki cita-cita yang tinggi adalah harapan dan sesuatu yang ingin dicapainya.Mempunyai semangat dan energy yang besar merupakan suatu kelebihan pada fase ini dibandingkan dengan fase yang lainnya.

 

            Pada fase remaja hormon seks sudah bekerja dan berfungsi, maka hal itu menyebabkan remaja mulai memiliki ketertarikan dengan lawan jenisnya sehingga menimbulkan kecemasan apabila penampilan dirinya kurang menarik. Untuk menutupi yang menurutnya kurang seorang remaja akan melakukan suatu hal supaya terlihat menarik bahkan bisa berjam-jam di depan cermin untuk membuatnya menarik. Memikirkan penilaian orang terhadap dirinya dapat menyebabkan kecemasan.Pada remaja emosi yang dimiliki juga tidak stabil, terkadang pembicaraan yang dianggap biasa oleh orang lain bisa jadi untuknya sangat menyakitkan karena emosinya terlalu sensitif. Remaja juga membutuhkan penerimaan oleh orang lain terutama pada kelompok teman sebayanya sehingga mereka akan merasa senang jika diterima dikelompoknya dan merasa cemas apabila dikeluarkan atau diremehkan oleh temannya. Untuk terhindar dari hal tersebut, remaja berusaha menyesuaikan peraturan yang ada dikelompoknya walaupun terkadang bertentangan dengan norma yang sudah diterapkan dikeluarganya.

Mereka terkadang lebih dekat dan nyaman bersama dengan teman sebaya dibandingkan dengan orang tuanya sendiri.Tidak sedikit perilaku remaja yang menyimpang dari peraturan yang ada dan dapat dikatakan sebagai kenakalan remaja. Kenakalan remaja misalnya pergaulan bebas, merokok, membuat geng motor, dan lain sebagainya. Tetapi, jika norma yang baik atau sudah melekatnya ajaran islam pada diri remaja, maka remaja akan berani dan memilih keputusan yang tepat dan benar sesuai dengan pelajaran yang sudah diterimanya namun jika pengaruh teman sebaya lebih kuat remaja tersebut cenderung mengikuti semua aturan yang ada dikelompoknya.


Ø  Adapun kenakalan yang sering dilakukan oleh remaja :

a. Kenakalan yang bersifat moral : seperti membolos sekolah, berkelahi, tawuran, membangkang dan tidak patuh kepada orangtua, tidak mematuhi norma masyarakat dan membuat keonaran, kebut-kebutan dan tidak mematuhi rambu-rambu lalu lintas, merokok.

b.  Kenakalan yang mengarah pada kejahatan dan kriminal : tawuran, mencuri, meminum minuman keras, penyalahgunaan narkoba, perilaku seksual, dll


Ø  Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja :

  1. Faktor internal, yakni faktor yang berasal dari dalam diri remaja. Seperti cara berfikir remaja yang belum matang, kemampuan pengolahan emosi yang kurang baik sehingga menyebabkan emosi remaja belum terbilang stabil, kemampuan penyesuaian diri, keimanan dalam hati yg dimiliki seseorang.
  2. Faktor ekternal, yakni faktor yang berasal dari luar dirinya, seperti :

a.  Keluarga, yaitu seperti kurangnya kasih sayang dan perhatian dari keluarganya, lemahnya ekonomi kedua orangtua sehingga menyebabkan kebutuhan anak tidak terpenuhi, hubungan yang tidak sehat antara orang tua dan anak, adanya korban dalam perceraian dari kedua orangtuanya (broken home).

b. Lingkungan masyarakat, yaitu seperti adanya lingkungan pergaulan dalam masyarakat yang tidak sehat, kurangnya kegiatan yang dapat memberikan nilai positif bagi remaja, kurangnya pendidikan agama dalam lingkungan tersebut, adanya norma sosial yang lemah dari lingkungan masyarakat, dsb.

c.  Lingkungan pertemanan di sekolah, yaitu seperti salah pergaulan dengan teman sebayanya, kurangnya norma-norma agama dan pendidikan yang ditanamkan oleh pihak sekolah, dll. 

Adapun dalam hal ini pola asuh yang diterapkan oleh orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak di usia remaja. Untuk itu perlunya orang tua dalam mempersiapkan diri dalam mendidik anak saat memasuki usia remaja. Dalam hal ini, kita dapat melihat kembali pada pola asuh Rasulullah dalam mendidik anaknya sesuai dengan tuntunan agama. Beberapa aspek yang dapat kita jadikan contoh dalam mendidik anak, yakni dengan cara :

a.  Mencontohkan suri tauladan dengan baik

Dalam hal ini, orangtua akan menjadi seorang tokoh yang nantinya akan ditiru oleh anak-anaknya, baik dalam sikap maupun perkataan.

b.  Membiasakan anak untuk berbuat baik

Setelah kita mengajarkan dan memberikan contoh yang baik pada anak, perlu bagi orangtua untuk membiasakan hal baik tersebut menjadi sebuah kebiasaan atai habits sehingga akan tertanam pada anak tentang kebiasaan baik yang akan tertanam menjadi perilaku serta tindakan.

c.  Mempertimbangkan waktu dalam memberikan nasihat.

Dalam hal ini, orangtua harus mampu memilih dan mempertimbangkan waktu yang tepat untuk memberikan nasihat kepada anak, baik nasihat berupa teguran bagi anak ketika melakukan kesalahan atau nasihat sebagai masukan untuk membangun dan mengarahkan anak agar menjadi lebih baik lagi.

d.  Bersikap adil

Bila memiliki lebih dari satu anak, orangtua dituntut untuk bersikap adil dan tidak berpihak pada salah satu anak.Hal ini selain untuk menghindari keberpihakan pada anak juga dapat membuat anak merasa lebih di sayang oleh kedua orangtua nya tanpa adanya rasa perbedaan antara satu dengan lainnya.

e.   Memberikan hak anak

Memberikan hak pada anak merupakan salah satu kewajiban orang tua, dimana akan menumbuhkan perasaan positif pada anak dan keyakinan diri serta dapat menjadikan pembelajaran pada anak bahwa dalam hidup adalah memberi dan menerima.

f.   Mendo’akan

Satu hal utama yang selalu dilakukan oleh setiap orang tua pada anaknya. Melalui do’a yang dipanjatkan orang tua, rasa sayang dan cinta akan tertanam kuat, sehingga antara keduanya akan semakin tunduk kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Karena dalam hal ini, do’a yang dipanjatkan oleh orang tua merupakan do’a yang mujarab dan di ridhoi oleh Allah.

g.  Memberikan kasih sayang dan apresiasi

Hal yang diinginkan setiap anak adalah memperoleh kasih sayang orang tua. Dengan diberikannya apresiasi dan kasih sayang pada anak akan dapat menumbuhkan rasa percaya diri pada anak dan menghindarkan anak dari keterasingan saat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

                                           لاتَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ عُمْرِهِ فِيمَا فَعَلَ

                                          وَعَنْ مَالِهِ مِنْ  أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ وَعَنْ جِسْمِهِ فِيمَا أَبْلاَهُ         

 

Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan, (2) ilmunya di manakah ia amalkan, (3) hartanya bagaimana ia peroleh dan (4) di mana ia infakkan dan (5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.” (HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

            Dari hadits di atas seorang hamba akan ditanyakan umur yang dimiliki dihabiskan untuk apa. Jika umur yang dimiliki hanya digunakan untuk bersenang-senang tanpa mengingat Allah Subhanahu Wa Ta’aladan tidak melakukan amal sholih maka dapat dikatakan umurnya sia-sia. Memang semua orang akan menyesal kelak atas waktu yang dihabiskan bukan untuk beramal sholih namun sebagai hamba Allah Subhanahu Wa Ta’ala  kita berusaha untuk beramal sholih semaksimal mungkin. Jika dikaitkan dengan masa remaja, memang masa remaja memiliki emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan melakukan perilaku yang menyimpang dari agama islam. Tetapi jika sejak kecil sudah diajarkan agama islam secara tepat baik dari keluarga, sekolah, maupun lingkungan, remaja dapat mengendalikan diri untuk berusaha tidak berbuat yang menyimpang dari agama walaupun manusia tidak luput dari kesalahan. Jika seseorang melakukan kesalahan atau perbuatan yang menyimpang maka seseorang itu segera bertaubat kepada Allah Subhanahu Wa Ta’alaapabila sejak kecil sudah diajarkan agama islam.

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

                                                         
                                               

                                       ، اِغْتَنِمْ  خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ 

                                وَغِنَاءَكَ قَبْلَ  فَقْرِكَ، وَفِرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ ،وَحَيَاتِكَ قَبْلَ مَوْتِكَ

 

Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara: waktu mudamu sebelum masa tuamu, waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, waktu kayamu sebelum waktu fakirmu, waktu luangmu sebelum waktu sibukmu, dan waktu hidupmu sebelum matimu.” (HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok, 4: 341. Hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim)

            Dari hadits di atas salah satunya waktu mudamu sebelum tuamu, jadi menggunakan masa muda dengan hal-hal yang bermanfaat karena remaja termasuk pada masa muda. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan selain pada masa muda, meskipun ada beberapa hal yang dapat juga dilakukan pada masa yang lain misalnya masa tua namun tidak memiliki fisik yang kuat seperti masa muda. Misalnya, pada masa remaja atau masa muda masih bisa melaksanakan sholat di masjid, tetapi ketika sudah pada masa tua untuk jalan ke masjid terkadang ada kendala karena fisik sudah tidak sekuat masa muda, bisa namun adakalanya kaki tidak kuat untuk berdiri.Untuk itu, lakukan hal-hal yang baik, melakukan amal sholih ketika remaja atau masa muda sebelum masa tua karena belum tentu hal tersebut dapat kita lakukan ketika masa tua.

 

References :

Diananda, Amita. 2018. Psikologi Remaja dan Permasalahannya.Istighna.116-133.

Hairina, Y. (2020). Prophetic Parenting dan Penyimpangan Perilaku Remaja. Kajian Teoritik dan Penelitian Empirik , 263-282.

https://rumaysho.com/12200-waktu-muda-yang-sia-sia.html

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK