PELATIHAN SPIRITUAL MINDFULNESS (SABAR, IKHLAS, PASRAH) DAN PSYCHOLOGICAL WELLBEING PENYINTAS DIABETES MELLITUS TIPE II

 

Foto oleh Pixabay: https://www.pexels.com/id-id/foto/tumpukan-batu-di-luar-ruangan-289586/

Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar gula dalam darah disertai dengan pengeluaran kadar glokusa pada urine. Menurut Sugondo (2009) diabetes mellitus terjadi jika didalam tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk mempertahankan kadar gula darah tetap normal. Prevalensi penderita Diabetes mellitus semakin meningkat dari tahun ketahun. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang tidak dapat disembuhkan. Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kondisi penyakit agar tidak bertambah parah adalah dengan melakukan pengelolaan diri dan pengelolaan penyakit secara tepat. Proses perjalanan penyakit DM dalam jangka panjang dapat menimbulkan masalah –masalah lain seperti penyempitan pembuluh darah, kerusakan ginjal, kerusakan syaraf mata dan berbagai macam infeksi, akibatnya penderita akan semakin merasa khawatir. Menurut Wysocki dan Buckloh (dalam Prawitasari, 2012) salah satu yang sangat perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan diri pada penderita Diabetes Mellitus (DM) adalah faktor psikologis.

Kondisi penyakit dan perubahan gaya hidup penderita Diabetes Mellitus (DM) seringkali menimbulkan gangguan psikologis yang mengakibatkan kesehatan mental individu menjadi terganggu, antara lain individu bisa mengalami tekanan, stress, putus asa dimana hal tersebut dapat memperburuk kondisi penyakitnya. Ketika individu dihadapkan pada situasi yang tertekan, maka akan dapat menimbulkan stress. Respon stress dapat meningkatkan hormon adrenalin yang akhirnya dapat mengubah cadangan glikogen di dalam hati menjadi glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi secara terus menerus dapat menyebabkan munculnya komplikasi dari DM (Discovery Health, 2004).

Psychological wellbeing perlu dimiliki oleh penderita Diabetes Mellitus (DM) karena dapat mengurangi terjadinya resiko komplikasi, seperti yang dikemukakan oleh Sundberg (2007) bahwa sistem pikiran (psikologis) berkaitan dengan keadaan tubuh (sistem biologis) yang artinya kesehatan dalam tubuh seseorang dipengaruhi oleh pikiran maupun lingkungan, pikiran yang positif dan lingkungan yang mendukung akan membuat kesehatan seseorang menjadi lebih baik.

Ryff (1995) mendefinisikan psychological wellbeing sebagai pencapaian penuh dari potensi psikologis individu dan suatu keadaan ketika individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri apa adanya, memiliki tujuan hidup, mengembangkan relasi yang positif dengan orang lain, menjadi pribadi yang mandiri, mampu mengendalikan lingkungan dan terus tumbuh secara personal. Psychological wellbeing tidak dimiliki individu jika mengalami disfungsi psikologis atau disfungsi kesehatan yang ditimbulkan oleh suatu penyakit (Fava dan Ruini, 2003). Perubahan fisik dialami penderita DM, penderita menjadi cepat lelah, sering buang air kecil, sering merasa lemas, berat badan menurun. Secara psikologis penderita menjadi sedih, gelisah, khawatir akan mengalami komplikasi penyakit, tidak percaya diri, takut makan, mudah tersinggung.

Adanya perubahan kondisi individu penderita Diabetes Mellitus (DM), dimana mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikologis seringkali menimbulkan gejala-gejala negatif. Dalam manajemen Diabetes Mellitus (DM) tercermin dalam ruang lingkup asuhan mencakup dimensi fisik, psikologis, spiritual, sosial dan lingkungan serta melibatkan tidak hanya perawat dan pasien tetapi juga keluarga dan orang terdekatnya (Dunning, 2009). North American Nursing Diagnosis Ascociation (NANDA) pada pengantar taksonominya yang terbaru menyatakan bahwa respon individu terhadap masalah kesehatan atau proses tumbuh kembang bersifat holistik, tidak hanya respon secara fisik tetapi juga psikologis, sosial dan spiritual (NANDA, 2012).

            Salah satu bentuk intervensi psikologis untuk meningkatkan psychological wellbeing adalah latihan mindfulness. Greenberg (1999) menjelaskan bahwa pelatihan mindfulness menekankan  pada pemfokusan perhatian pada peristiwa kekinian (peristiwa yang terjadi disini dan sekarang). Germer (2005) menjelaskan tiga elemen penting dalam praktek mindfulnes, yaitu :

(1)   kesadaran,

(2)   pengalaman saat ini,

(3)   dengan penerimaan.

Kesadaran yang muncul untuk meningkatkan wellbeing lebih lanjut dijelaskan oleh Mace (2008) bahwa individu yang secara konsisten melakukan latihan mindfulness menunjukkan adanya perubahan kesadaran dari waktu kewaktu serta peningkatan psychological wellbeing.

dapat disimpulkan bahwa individu yang menderita Diabetes Mellitus (DM) akan mengalami perubahan baik fisik maupun psikis terkait pola pengelolaan penyakitnya sehingga berpengaruh terhadap psychological wellbeing penderia. Fluktuasi kadar gula darah penderita Diabetes Mellitus (DM) sangat dipengaruhi oleh kondisi psikologis. Penelitian-penelitian yang telah dilakukan menyebutkan bahwa kesadaran akan kondisi penyakit dapat mempengaruhi tingkat psikologikal wellbeing penderita. Salah satu intervensi untuk meningkatkan psychological wellbeing adalah mindfulness. Pelatihan mindfulness dengan pendekatan spiritual (Sabar, Ikhlas dan Pasrah) efektif dalam meningkatkan psychological wellbeing penderita DM tipe 2. Empat dari enam aspek psychological wellbeing mengalami peningkatan, yaitu : autonomy, environmental mastery, personal growth dan purpose in life. Untuk menjaga efektivitas intervensi, latihan mindfulness perlu dilakukan secara teratur. Intervensi psikologis berupa kegiatan latihan mindfulness dengan pendekatan spiritual (Sabar, Ikhlas dan Pasrah) lebih efektif dalam meningkatkan psychological wellbeing penderita Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 dibandingkan dengan intervensi secara fisik berupa kegiatan senam.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK