JOB CRAFTING, TAWAKAL DAN WORK ENGAGEMENT KARYAWAN DI ERA INDUSTRI 4.0

 

Foto oleh Pixabay dari Pexels: https://www.pexels.com/id-id/foto/fotografi-pemandangan-pabrik-459728/

Era industri 4.0 melalui konektivitas dan digitalisasinya mampu meningkatkan efisiensi rantai manufaktur dan kualitas produk. Jika dilihat dari sisi lain, revolusi industri ini dapat membawa ke dampak menghilangnya 800 juta lapangan pekerjaan di seluruh dunia hingga tahun 2030 karena sebagian besar pekerjaan telah diambil alih oleh robot (Satya, 2018). Maka dari itu di dalam suatu organisasi supaya dapat mampu bertahan di era ini seluruh fungsi-fungsi di dalamnya harus memiliki daya saing dan kompetensi yang kompetitif dalam menghadapi globalisasi. Ketidaksiapan fungsi-fungsi organisasi akan menjadikan dirinya sebagai objek dari para pelaku atau subjek pada era globalisasi (Jahidi & Hafid, 2017).

Pegawai merupakan salah satu faktor kunci penguat bagi keberlangsungan serta kompetisi sebuah negara maupun organisasi. Karyawan menjadi fokus pada perusahaan karena merupakan komponen terpenting dalam terciptanya produktivitas perusahaan (Wirawan dan Eko, 2009). Perusahaan akan dituntut untuk mendapatkan pegawai yang memiliki inisiatif, dedikasi, dan komitmen tinggi pada pekerjaannya. Selain itu, pegawai juga didorong untuk menunjukkan semangat dan antusias yang tinggi. Hal tersebut merupakan ciri pegawai yang memiliki keterikatan dengan pekerjaanya (Bal & Bakker, 2010).

Keterikatan  kerja yang dimaksud mengacu pada work engagement yang merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan produktivitas pegawai. Istilah work engagement mengacu pada pengertian yang dikemukakan oleh Schaufeli dan Bakker (2010), yaitu keadaan psikologis positif berkaitan dengan pemenuhan kerja yang dikarakteristikkan dengan vigor, dedication, dan absorption. Vigor ditandai dengan tingginya energi dan ketahanan mental saat bekerja, keinginan untuk berusaha dalam menyelesaikan pekerjaan, dan ketekunan menghadapi kesulitan. Dedication ditunjukkan pada keterlibatan yang tinggi dalam menyelesaikan pekerjaan dan mengalami perasaan yang bermakna, antusiasme, inspirasi, kebanggaan, dan tantangan. Absorption ditandai dengan konsentrasi penuh dan merasa senang melakukan pekerjaannya, dimana pegawai merasa waktu berlalu begitu cepat dan merasa sulit melepaskan diri dari pekerjaannya. Pegawai dengan work engagement dibutuhkan oleh setiap perusahaan.

Sejalan dengan  hasil penelitian Jackson (2014) mengungkapkan bahwa semakin banyak individu yang terlibat dalam pekerjaan mereka, maka semakin berhasil pula mereka menyelesaikan tugas pekerjaannya yang artinya work engagement berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan. Jakopec et al (2015) juga dalam penelitiannya mengungkapkan adanya hubungan pengaruh signifikan antara work engagement terhadap kinerja karyawan.

Work engangement pada karyawan tidak lepas dari peran mereka dalam melakukan pengembangannya. Suatu konsep baru dan penting ketika karyawan lebih berperan aktif serta proaktif dalam mengembangkan aspek dan mendesain kembali pekerjaan tertentu dalam pekerjaan karyawan disebut job crafting (Tims, dkk. 2012). Job crafting merupakan suatu konsep yang mana karyawan secara eksplisit mengkonsep ulang suatu pekerjaan (Wrzesniewski & Dutton, 2001). Sesuatu yang khas dalam konsep ini adalah, karyawan menggunakan inisiatif sendiri dalam mengubah pekerjaannya (Tims, dkk. 2012). Job crafting merupakan penyeimbangan antara sumber daya pekerjaan dan tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan dan kemampuan karyawan. Petrou, Demerouti, dan Schaufelin (2015) menyebutkan job crafting merupakan perilaku kerelaan dan inisiatif dari karyawan dalam membuat aspek-aspek pekerjaan yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan kondisi suatu pekerjaan.

Konsep tawakal dalam Islam mempunyai kesamaan dengan konsep surrender to God oleh ilmuan Barat. Menurut WongMcDonald dan Gorsuch (2000) surrender to God adalah orang yang mempunyai sikap berserah diri pada Tuhan pada level tinggi selalu mengutamakan firman Tuhan atas dasar dia melakukan sesuatu, walaupun seseorang tersebut mempunyai alternatif tersendiri dalam melakukan sesuatu atau pengatasan masalah tetapi tidak sejalan dengan anjuran Tuhan maka orang tersebut selalu memilih solusi sesuai dengan kehendak Tuhan. Hal tersebut menunjukkan bahwa berserah diri pada Tuhan di sini tidak hanya sekedar memasrahkan semua hal kepada Tuhan, tetapi seseorang juga mengupayakan hal sebagai solusinya. Penelitian lainnya yang sejalan bahwa berserah diri pada Tuhan memberikan pengaruh terhadap aspek psikologis yaitu, penelitian yang dilakukan Reinert (Sartika, 2015)  menemukan bahwa peningkatan skor berserah diri pada Tuhan diiringi dengan penurunan skor narsisme. Papandonatos, Grover dan Tremonts (Sartika, 2015)  juga menemukan bahwa berserah diri pada Tuhan memiliki hubungan dengan gejala depresi yang lebih sedikit.

Dapat di simpulkan bahwa job crafting dan tawakal memprediksi work engangement. Individu yang memiliki job crafting tinggi secara otomatis menimbulkan work engangement karena pada saat karyawan melakukan job crafting maka karyawan tersebut akan membuat hubungan karyawan dengan pekerjaan mereka lebih terikat dan menimbulkan rasa tanggung jawab karyawan dengan pekerjaan mereka. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa tawakal tidak memiliki hubungan dengan work engagement. Penelitian selanjutnya dapat melakukan kajian lebih lanjut mengenai mengkaji konstruk perilaku tawakal. Saran yang dapat direkomendasikan adalah karyawan supaya meningkatkan job crafting dalam suatu pekerjaan dengan terlibat aktif dalam suatu inovasi agar rasa tanggung jawab dan rasa memiliki terhadap pekerjaan semakin baik.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK