DINAMIKA JIWA DALAM PERSPEKTIF PSIKOLOGI ISLAM





Dalam bahasa Arab jiwa disebut Nafs, dan dalam bahasa Yunani sendiri disebut Psyche yang jika diterjemahkan adalah jiwa atau disebut Soul dalam bahasa Inggris. Pada hakikatnya sejak manusia mengalami proses kejadian sampai dengan sempurna menjadi janin dan dilahirkan ke atas dunia ini, hal tersebut telah terdapat unsur lain yang bukan berupa material yang ikut menyusun semua peristiwa penciptaan tersebut. Terdapat beberapa pembahasan mengenai jiwa menurut paradigma psikologi Islam di Indonesia yaitu yang dimulai pada periode pra-psikologi Islam (Hamka) sampai dengan periode psikologi Islam berkembang (Mujib & Muzakir).


PRA-PSIKOLOGI ISLAM (HAMKA, 1956)

Menurut Hamka jiwa adalah suatu jejak atau hasil dari interaksi antara aspek-aspek jiwa tersebut, yaitu seperti akal, hawa nafsu dan kalbu. Konsep jiwa yang di kemukakan oleh Hamka ini lebih menitikberatkan pada perseteruan antara akal dengan hawa nafsu sebagai dua kekuatan utama dalam jiwa manusia, lain halnya dengan kondisi kalbu yang akan menjadi kondisi jiwa secara keseluruhan yang tergantung pada hasil perseteruan tersebut.

1.      Akal

Hamka menjelaskan bahwa akal adalah aspek jiwa manusia yang berfungsi untuk mengikat hawa nafsunya, sebagaimana fungsi dari tali pengikat ternak agar ternak tidak lari kemana-mana, akal manusia akan mengikatnya agar ia tidak lepas kendali, dengan mudah dan serta merta mengikuti hawa nafsunya. Dan menurut hamka akal digerakkan oleh tiga daya yang dimiliki jiwa, yaitu fikiran (al-fikr), perasaan (al-wijdan) dan kemauan (al-iradah).

2.      Hawa Nafsu

Menurut Hamka maksud dari hawa nafsu adalah nafsul amarah seperti yang telah digambarkan dalam Al-Qur’an pada Qs. Yusuf:53 yaitu sebagai kecenderung manusia yang lebih rendah dari pada binatang. Dan nafsu sendiri adalah musuhnya akal yang ada pada jiwa manusia, terdapat beberapa sifat dari nafsu yaitu:

a.       Memiliki sifat bebas dan egosentris

b.      Bertujuan hanyalah untuk kesenangan semata

c.       Bersifat tidak pernah menyesal dan cenderung menghalangi akal untuk bertaubat

d.      Nafsu sendiri cenderung berteman baik pada syaitan

3.      Kalbu

Hamka menyatakan bahwa hati adalah medan pertempuran yang diperebutkan oleh akal dan nafsu, jika yang berkuasa adalah nafsu maka rusaklah jiwa keseluruhannya. Dan kalbu ini akan mengikuti akal atau nafsu yang nantinya akan menguasainya. Jika akal yang menang selamatlah hati dan selamatlah seluruh jiwa.

 PSIKOLOGI ISLAM (Mujib dan Muzakir, 2002)

            Konsep jiwa yang ditawarkan lebih menekankan keutamaan peranan kalbu sebagai pusat dari dinamika jiwa manusia.

1.      Substansi Jasmani

Jasad atau jasmani ini merupakan suatu substansi manusia yang terdiri atas struktur organisme fisik. Manusia akan hidup jika diberi energi kehidupan yang bersifat fisik, energi yang dimaksud ini adalah nyawa yang dimiliki oleh manusia. Jasad manusia ini memiliki natur tersendiri, al-Farabi menyatakan bahwa komponen ini berasal dari alam ciptaan, yang memiliki bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam, serta berjasad yang terdiri dari beberapa organ. Ibnu Rusyd berpendapat bahwa komponen dari jasad tersebut merupakan komponen materi. Sedangkan pendapat Ibnu Maskawih menyatakan bahwa badan sifatnya material, hanya dapat menangkap yang kongkrit dan tidak dapat menangkap yang abstrak. Jika ia telah menangkap satu bentuk kemudian perhatiannya berpindah pada bentuk yang lain maka bentuk pertama itu lenyap. Ikhwanus al-Shafa juga berpendapat bahwa komponen ini naturnya indrawi, empirik dan dapat disifati. Ia terstruktur dari dua substansi yang sederhana dan berakal, yaitu baluya dan shurah.  

2.      Substansi Ruhani

Beberapa ahli menyebut ruh adalah sebagai badan halus (jism lathif), dan ada yang substansi sederhana (jauhar basith), dan ada juga substansi ruhani (jauhar ruhani). Ruh merupakan substansi yang memiliki natur sendiri. Ibnu Sina menyebutkan bahwa ruh adalah kesempurnaan awal jisim alami manusia yang tinggi yang memiliki kehidupan dengan daya. Sedangkan menurut al-Farabi, ruh ini berasal dari alam perintah (amar) yang memiliki sifat berbeda dengan jasad. Dikarenakan ia berasal langsung dari Allah SWT, walaupun ia tidak sama dengan zat-Nya. Ruh ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

o  ruh yang berhubungan dengan zatnya sendiri, ruh dalam pembahasan yang pertama ini disebut dengan al-munazzalah, dan berkaitan dengan esensi asli ruh yang diturunkan atau diberikan secara langsung dari Allah SWT kepada manusia. Ruh ini diciptakan di alam ruh (‘alam al-arwah) atau di alam perjanjian (‘alam al-mitsaq aw ‘alam al-‘ahd).

o  ruh yang berhubungan dengan badan jasmani yang disebut dengan nafsaniah. Kehidupan nafsani manusia ini dimotivasi oleh ruh al munazzalah, yang  akan menerima pancaran nur ilahi yang suci, yang menerangi ruangan nafsani manusia, meluruskan akal budi dan mengendalikan impuls-impuls rendah.

3.      Substansi Nafsani

Nafs ini dapat diartikan sebagai jiwa (soul), nyawa, ruh, konasi yang berdaya syahwat dan ghadhab, kepribadian, dan substansi psikofisik manusia. Nafs ini memiliki natur gabungan antara natur jasad dan ruh. Nafs merupakan potensi jasad-ruhani (psikofisik) yang saling bersatu-padu telah ada sejak manusia siap menerimanya. Substansi nafs memiliki potensi ghazirah.

Menurut Mujib & Mudzakir (2002) jika potensi ghazirah ini dikaitkan dengan substansi jasad dan ruh maka dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:

o  al-qalb yang berhubungan dengan rasa atau emosi

o  al-aql yang berhubungan dengan cipta atau kognisi

o  al-nasf yang berhubungan dengan karsa atau konasi.

a)                  Kalbu

Kalbu (al-qalb) adalah materi organik yang memiliki sistem kognisi, yang memiliki daya emosi. Menurut Al-Ghazali kalbu terbagi menjadi dua aspek yaitu kalbu jasmani dan kalbu ruhani. Kalbu jasmani merupakan jantung dan kalbu ruhani adalah sesuatu yang bersifat halus, rabbani dan ruhani yang memiliki hubungan dengan kalbu jasmani. Kalbu memiliki fungsi sebagai pemandu, pengontrol, dan pengendali struktur jiwa yang lain. Jika kalbu berfungsi secara normal maka kehidupan manusia akan menjadi lebih baik dan sesuai dengan fitrah aslinya, sebab kalbu ini memiliki natur ilahiyah dan rabbaniyah, Natur ilahiyah merupakan natur supra-sadar yang dipancarkan langsung dari Tuhan. Kalbu memiliki fungsi di dalam Al-qur’an yaitu;

1)   Dari fungsinya, kalbu memiliki, fungsi emosi yang menimbulkan daya rasa, fungsi kognisi yang menimbulkan daya cipta, fungsi konasi yang menimbulkan daya karsa.

2)   Dilihat dari  kondisinya, kalbu memiliki kondisi:

·      baik, yaitu kalbu yang hidup (al-hayy), sehat (salim), dan mendapatkan kebahagiaan (al-sa’adah);

·      buruk, yaitu kalbu yang mati (al-mayt) dan mendapatkan kesengsaraan (al-saqawah); dan

·      antara baik dan buruk, yaitu kalbu yang hidup tetapi berpenyakit (mardh)

b)   Akal

Menurut Mujid dan Mudzakir kedudukan akal terletak pada otak yang memiliki cahaya nurani, dipersiapkan dan dipersiapkan memperoleh pengetahuan (al-ma’rifat) dan kognisi (al-mudrikat). Akal memiliki arti sebagai energi yang mampu memperoleh, menyimpan dan mengeluarkan pengetahuan. Mujid dan Mudzakir berpendapat bahwa akal bukanlah kalbu, melainkan substansi nafsani tersendiri yang berkedudukan di otak, memiliki fungsi untuk berpikir. Akal memiliki kemampuan mencapai pengetahuan tetapi tidak mampu mencapai pengetahuan supra-rasional. Akal mampu menangkap hal-hal abstrak tetapi belum mampu merasakan hakikatnya. Akal dapat mengantarkan manusia ke tingkat kesadaran namun belum mampu menghantarkannya ke tingkat supra sadar.

c)    Nafsu

Nafsu daya nafsani ini memiliki dua kekuatan, yaitu kekuatan al-ghadhabiyah dan al-syahwaniyah. Al-ghadhab merupakan suatu daya yang berpotensi untuk menghindari diri dari segala yang membahayakan. Dan Al-Syahwat adalah suatu daya yang berpotensi untuk menginduksi diri dari segala yang menyenangkan.Nafsu memiliki prinsip kerja untuk mengikuti prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan berusaha mengumbar hasrat-hasratnya. Prinsip kerja nafsu hampir sama dengan prinsip kerja jiwa binatang, baik binatang buas maupun binatang jinak.



Editor: Putri Imashia Rahman & Firsty Nurmeiliza

 

 

Halo sobat Al-qolam buat kamu yang karya tulis tapi di diemin aja, hmm sayang banget nggak tuhh. Dari pada bingung, yuk kirim tulisan mu ke emal: kspialqolamums@gmail.com, dan jangan lupa konfimasi yah: wa.me/6289628513503.

 

 

Note: Apabila tulisan kamu dalam 1 minggu belum kami upload, secara otomatis tulisan kamu belum diterima , nggak usah khawatir yahh, bisa di coba lagi. Terus semangat jangan lupa berkarya!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK