Pesan Qur’ani untuk Mengenali Diri
Foto : https://images.app.goo.gl/ckmxXsFtycbCkF4c6
Self (diri) merupakan bahasan yang sudah tua, baik bagi
filsafat, agama, ataupun ilmu pengetahuan. Secara ilmiah, self sudah banyak
didiskusikan, dan ada banyak pendapat tentangnya (Leary, McDonald,
& Tangney, 2003). Secara umum, diri bisa didefinisikan
sebagai entitas yang menyadari, mengalami, memberikan penilaian, dan
mengendalikan sensasi, persepsi, perasaan, pikiran, motivasi, atau perilaku
sendiri. Self juga yang bisa mengambil pelajaran dari pengalaman masa lalu (past),
meregulasi perilaku saat ini (present), dan merencanakan perilaku di
masa yang akan datang (future). Jadi, diri itu bukan pikiran, perasaan,
atau kepribadian. Self justru yang mengalami, dan mengendalikan pikiran,
perasaan, dan kepribadian.
Mengenali diri
Mengenali diri merupakan sesuatu yang sangat penting. Saking
pentingya, Al Qur’an banyak memberikan pesan yang sangat jelas mengenai pentingnya
upaya mengenali diri ini. Adapun ayat yang membahas tentang Hal ini, yaitu :
إِنَّ فِى خَلْقِ ٱلسَّمَٰوَٰتِ
وَٱلْأَرْضِ وَٱخْتِلَٰفِ ٱلَّيْلِ وَٱلنَّهَارِ لَءَايَٰتٍ لِّأُو۟لِى
ٱلْأَلْبَٰبِ
Artinya: Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi,
dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal (Q.S Ali Imran ayat 190.)
Bahasan
mengenai upaya memahami diri (persepsi diri), konsep mengenai diri sendiri
(konsep diri), dan bagaimana menyikapinya (harga diri) menjadi bahasan yang
sangat penting dalam psikologi. Tokoh yang disebut-sebut sebagai founding
father-nya psikologi modern di Amerika Serikat (Schultz & Schultz, 2011),
William James sudah memperkenalkan teori mengenai diri bahkan sejak pertama
kali ilmu psikologi didirikan. James menyampaikan ada diri yang berperan
sebagai subjek (I atau knower), dan ada diri yang berperan sebagai objek (me
atau known) (Pomerleau, 2016).
Memahami diri penting karena
beberapa alasan, Yaitu :
1.
Manusia
mempunyai kebutuhan untuk memahami dan mengendalikan lingkungannya (Heider,
1958). Kebutuhan tersebut bersifat alamiah dan melekat pada eksistensi diri
setiap manusia. Setiap manusia selalu berusaha memahami dan memaknai apa yang
masuk melalui indra dan yang dapat dirasakannya, sehingga ia dapat menentukan
sikap dan perilaku apa yang paling positif bagi dirinya. Dengan pemahaman yang
baik terhadap lingkungannya, manusia akan mampu melakukan antisipasi dan mampu
menunjukkan sikap dan perilaku yang dapat memaksimalkan kebaikan bagi dirinya
sendiri, dan menghindarkan diri dari berbagai keburukan yang mungkin akan
menimpanya
2.
Pemahaman
terhadap diri sendiri ini penting karena pengaruhnya yang sangat besar terhadap
manajemen kesan serta bagaimana manusia mempresentasikan diri dalam lingkungan
sosial, baik secara verbal maupun non verbal, secara sadar maupun tidak sadar.
Manajemen kesan dan presentasi diri dipengaruhi oleh pemahaman terhadap diri
sendiri. Menurut Carlston dan Mae (2003), manajemen kesan sebagiannya
berlangsung secara sadar dan dengan niat yang jelas, sedangkan sebagiannya lagi
berlangsung secara tidak sadar dan otomatis. Nah, motif yang mendasari
manajemen kesan ini dipengaruhi oleh pemahaman diri. Brehm dan Kassin
(1997) menyebutkan dua motif yang mendasari manajemen kesan, yaitu
· memastikan bahwa persepsi orang lain mengenai dirinya itu sesuai
dengan pemahaman dirinya sendiri, dan
· untuk mendapatkan tujuan-tujuan instrumental tertentu, seperti
untuk mendapatkan simpati, persetujuan, kekuasan, dan lain-lain.
Pemahaman diri tidak hanya berpengaruh terhadap manajemen kesan dan
presentasi diri, tapi juga berpengaruh terhadap bagaimana memperlakukan dan
diperlakukan orang lain. Perlakuan terhadap orang lain dipengaruhi oleh
persepsi terhadap orang tersebut, dan persepsi terhadap orang tersebut
dipengaruhi oleh persepsi terhadap dirinya sendiri (Krueger, Alicke, &
Dunning, 2005). Krueger, Alicke, dan Dunning (2005) menjelaskan
bahwa pemahaman terhadap diri sendiri ini bisa menjadi sumber informasi,
standar evaluasi, dan standar moral dalam memahami dan memperlakukan orang
lain.
3.
Pemahaman
terhadap diri sendiri bisa berpengaruh baik terhadap kesehatan mental maupun
fisik (Ali, Fang, & Rizzo, 2010; Goodwin & Olfson, 2002).
Pemahaman terhadap diri sendiri merupakan mediator antara hubungan antara
manusia dengan dunianya. Suatu pengalaman bisa berdampak negatif, netral,
ataupun positif sebagiannya dijembatani oleh pemahamamnya terhadap dirinya
sendiri. Allah SWT pun menunjukkan bahwa orang yang menganggap dirinya rendah
cenderung mudah sedih dan lemah dalam bersikap (QS. Ali-’Imran, 139)
وَلَا
تَهِنُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَنْتُمُ الْاَعْلَوْنَ اِنْ كُنْتُمْ
مُّؤْمِنِيْنَ
Artinya : Dan janganlah kamu (merasa) lemah, dan jangan (pula) bersedih hati, sebab kamu paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang beriman. (QS. Ali-’Imran, 139)
Pemahaman diri merupakan penilaian yang bersifat subjektif dan
personal. Setiap orang memiliki pemahaman yang unik dan berbeda-beda mengenai
dirinya sendiri.
MasyaAllaah. Sip untuk menambah wawasan dan referensi. Jazakillah author dan editor, semangat untuk karya keren berikutnya! Ada juga, nih, pesan Qur'ani yang relevan, aku izin tambahin yaaa
BalasHapus"Dan di bumi terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tidak memperhatikan?" (QS. Adz-Dzariyat ayat 20-21)