BELAJAR DARING BIKIN DARTING, HARUS BAGAIMANA?

Pemateri : Isnaya Arina Hidayati, S.Pd.I., S.Psi., M.Psi


Apa itu darting menurut medis dan psikologis?

a.   Perspektif Medis, American Heart Association (AHA) secara resmi menurunkan kriteria diagnosis tekanan darah tinggi. Dalam pedoman AHA yang baru, seseorang dianggap memiliki tekanan darah tinggi jika tekanan darah sistolik anda mencapai 130 mmHg atau lebih, atau tekanan diastolik seseorang mencapai 80 mmHg atau lebih tinggi

b.   Perspektif Psikologis, para ahli menyatakan bahwa orang dengan tekanan darah yang tinggi cenderung tidak dapat mengendalikan rangsangan stres dengan baik. Dalam sebuah penelitian dari jurnal Psychosomatic Medicine, cepat marah merupakan akibat dari respons otak yang terganggu oleh hipertensi. Hal ini membuat otak mengeluarkan amarah sebagai responnya. Stres yang dialami para pelaku pendidikan selama proses belajar sering diakui sebagai darting.

 

Dampak Pembelajaran Daring yang Telalu Lama

   Ada beberapa dampak dari pembelajaran daring yang terlalu lama, yaitu sebagai berikut :

1.   Isolasi berkelanjutan, pada kondisi sebelum pandemi dapat berkomunikasi dengan tetangga, teman, dan orang lainnya secara langsung karena adanya social distancing akibat dari pandemi akan memudarkan silaturahmi dan lebih asyik dengan diri sendiri dengan laptop, gawai dan lain-lain.

2.   Defisit intimasi, dengan memudarkan silaturahmi kepada orang lain dapat menyebabkan berkurangnya sensitif dengan relasi sosial, kurangnya empati pada sesama manusia, dan lainnya.

3.  Risiko learning loss, berkurangnya pengetahuan dalam belajar karena daring. Risiko learning loss merupakan dampak yang paling membahayakan. Bagi yang mengikuti pembelajaran daring tetapi tidak efektif, misalnya dalam pembelajaran daring tetapi pikiran kemana-mana sehingga materi tidak bisa dipahami.

4.   Gangguan indera penglihatan dan pendengaran, pembelajaran daring yang mengharuskan peserta didik maupun pendidik menggunakan alat elektronik seperti gawai, laptop, earphone dan lain sebagainya  dapat menurunkan fungsi penglihatan dan pendengaran karena terlalu menggunakan alat-alat elektronik untuk mendukung pembelajaran daring.

5.    Ketergantungan pada gadget, dengan melaksanakan pembelajaran secara daring, seseorang tidak akan bisa jauh dari gadget karena semua informasi terkait dengan pembelajaran berasal dari gadget.

  

Siapa saja yang Merasakan ‘Darting’ (Luapan Emosi) selama Daring?

1.      Orang Tua

 Ada beberapa situasi dan kondisi yang membuat orang tua merasakan darting yaitu membagi waktu antara pekerjaan, mendampingi anak-anak, mengerjakan pekerjaan rumah, dan lainnya. Apalagi sebagai wanita karir yang memiliki lebih dari satu anak dan anak-anak sedang melakukan pembelajaran daring semua harus diawasi. Hal tersebut dapat membuat orang tua kesal dan lelah. Sebagai orang tua dituntut untuk menguasai materi anak karena belum tentu anak dapat memahami materi yang disampaikan oleh gurunya apalagi anak pada usia yang masih kecil. Terkadang ada juga orang tua yang tidak memiliki skill mengajar sehingga ketika anak meminta untuk diajari maka orang tua akan kurang tepat mengajari anaknya, misalnya jika anak tidak mudah memahami materi langsung dimarahi. Dengan pembelajaran secara daring dapat menambah pengeluaran karena anak melakukan pembelajaran daring yang membutuhkan banyak kuota, ada juga orang tua yang rela berkorban banting tulang untuk membelikan gawai untuk anak supaya dapat terus belajar. Dengan seringnya menggunakan gawai dikhawatirkan kepada anak yang semakin mahir menggunakan gawai dan mengakses hal-hal yang kurang baik.

2.      Peserta Didik

Peserta didik yang mengalami darting karena membutuhkan penyesuaian dengan sistem yang baru, yang awalnya dengan belajar tatap muka di kelas namun ketika daring dapat dilakukan dimana saja dengan metode yang baru juga. Adanya penyesuaian terhadap proses pembelajaran daring peserta didik mendapat banyak tugas dari pengajar.Terkadang peserta didik juga merasakan kejenuhan dengan pembelajaran daring, selain itu berada pada zona yang tidak nyaman dan kondusif. Belajar yang selalu menggunakan gawai dan laptop dikira hanya bermain saja oleh orang tua, dan orang lainnya. Darting yang dirasakan juga yaitu mendapat tekanan psikososial baik secara verbal maupun fisik. 

3.      Pendidik atau Tenaga Pengajar

Pendidik atau tenaga pegajar juga mengalami darting karena pembelajaran daring. Penyesuaian dengan sistem mengajar yang baru, pendidik dituntut untuk memahami metode untuk pembelajaran. Penyesuaian ini akan dirasakan sulit oleh pendidik yang sudah sepuh. Selain dituntut untuk memahami  metode pembelajaran pendidik juga harus menyiapkan agar pembelajaran terasa mengasyikkan dan tidak membosankan walaupun dalam keterbatasan. Akibat dari daring ini ada peserta didik yang menjadi tidak disiplin atau menyepelekan pembelajaran ini karena tidak diawasi secara langsung oleh pendidik. Ketika pendidik sedang menjelaskan materi tidak ada feedback yang diberikan oleh peserta didik bisa karena tidak memahami materi atau menyepelekan pembelajaran ini. Selain itu, terkadang tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan baik.


 Tips-Tips agar Belajar Daring tetap Mengasyikkan dan Efektif, yaitu sebagai berikut :

1.      Ciptakan komunikasi yang efektif

         Adanya keterlibatan orang tua dengan proses pembelajaran anak, orang tua mendengarkan atau mendampingi anak ketika daring apalagi pada masa anak-anak, memberikan motivasi dan reward kepada anak. Bagi pendidik sesekali menggunakan aplikasi yang dapat tatap muka atau sinkron (tatap muka meskipun menggunakan virtual) agar menciptakan komunikasi yang efektif antara pendidik dan peserta didik bukan hanya memberi materi dan tugas saja. Pendidik tetap bertanggung jawab dan berkolaborasi dengan orang tua untuk memantau pembelajaran anak dan memberikan pengarahan kepada anak. Komunikasi secara berkala antara pendidik dan orang tua juga dijaga, misalnya menanyakan nilai anak kepada pendidik agar kedua pihak dapat mengetahui perkembangan pembelajaran anak.

 

2.      Menciptakan kondisi belajar yang kondusif

           Untuk menciptakan kondidi belajar yang kondusif dapat dimulai dengan tata ruang atau area khusus belajar dalam kondisi rapi, bersih, pencahayaan baik, dan dengan sentuhan ornamen-ornamen yang mengasyikkan. Menyiapkan alat belajar dan materi yang akan dipelajari dan hindari benda yang dapat mengalihkan perhatian untuk tidak mengikuti proses pembelajaran, menyiapkan camilan atau makanan ringan yang dimakan selama istrirhat berlangsung, dan managemen antara waktu efektif belajar dan istrirahat, waktu belajar dan istirahat orang rentangnya berbeda- beda.

 

3.      Membiasakan mandiri self-regulated learning                                                             

          Self-regulated learning atau pengaturan diri dalam belajar adalah suatu proses yang membantu siswa dalam mengelola sumber daya belajarnya (kognitif, perilaku dan emosinya) serta (kapasitas dirinya, waktu, tempat, fasilitas, lingkungan sosial dan fisik, bahan belajar dan gaya belajar) dalam rangka meraih kesuksesan belajar (Zimmerman, Zumbrunn, Tadlock, & Danie). Untuk memahami materi dengan mudah antarindividu memiliki gaya belajar yang berbeda-beda, ada yang mudah memahami materi dengan visual, auditori, atau dengan kinestetik.

 

4.      Pola hidup sehat

           Dalam pembelajaran daring agar tidak terjadi darting dalam pola hidup sehat dapat dengan  makan makanan yang sehat, olahraga, minum vitamin, istirahat yang cukup, sholat, dan pada masa pandemi ini juga melakukan pola hidup bersih dengan cuci tangan, memakai masker atau menggunakan protokol kesehatan dalam sehari-hari. Bahkan hal itu bisa dilakukan berlanjut sampai pada saat yang tidak pandemi.

 

5.      Menyederhanakan capaian pembelajaran

         Tidak hanya capaian pembelajaran yang disederhanakan tetapi juga kurikulum disederhanakan yang tidak menyusahkan peserta didik, pendidik, dan orang tua. Hal tersebut bertujuan untuk meminimalisir stress pada peserta didik, pendidik dan juga orang tua.

 

6.      Optimalisasi peran orang tua, pendidik, dan peserta didik

            Peran guru sebagai pengajar yang professional, daring bukan berarti guru hanya memberikan materi dan tugas tetapi juga menyampaikan atau menjelaskan  materi dan mengawasi serta mengontrol peserta didik. Peran orang tua, sebagai orang tua sudah fitrahnya untuk menjadi madrasah pertama bagi anaknya. Orang tua bisa melakukan manajemen waktu atau membuat jadawal kapan harus mendampingi anak belajar, kapan mengerjakan tugas sendiri, kapan komunikasi dengan pasangan, kapan mengerjakan pekerjaan rumah agar semua tugasnya dapat dilaksanakan. Sebagai peserta didik  harus memiliki jiwa keingintahuan yang tinggi, jika materi tidak paham maka ditanyakan kepada pendidik, mencari jawaban melalui buku maupun internet, dan lainnya. Peserta didik merupakan seorang pembelajar, maka sudah fitrahnya untuk belajar pada situasi dan kondisi apapun, belajar bukan hanya di kelas saja tetapi dimanapun adalah tempat belajar. Kemampuan problem solving yang baik juga harus dimiliki oleh peserta didik.

 

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK