MENGATASI KECEMASAN AKIBAT COVID-19 DI BULAN RAMADHAN


Oleh : Ibu Setia Asyanti, S.Psi., M.Psi., Psikolog

        Situasi Ramadhan tahun ini berbeda dengan Ramadhan pada tahun sebelumnya. Pada Ramadhan tahun ini, pemerintah membatasi masyarakat untuk melakukan aktivitas di luar rumah, seperti pembatasan untuk melakukan sholat berjamaah di masjid, melakukan tarawih berjamaah, buka bersama, kajian dan kegiatan lainnya. Adanya pembatasan aktivitas-aktivitas diluar rumah tentunya membuat kita semua lebih khusyu’ lagi dalam menjalankan ibadah dan aktivitas di dalam rumah bersama dengan keluarga.
       Dalam update data terbaru yang diperoleh dari DNPB 2 minggu yang lalu, terdapat 8.211 kasus positif covid-19 dan saat ini sudah mencapai 13.112 yang terkonfirmasi positif covid-19 ini. Hal yang ditakutkan oleh para ilmuwan-ilmuwan yaitu under estimate, yaitu kejadian yang terlaporkan ‘sebenarnya’ bisa lebih besar daripada yang sebenarnya ada, hal ini di ungkapkan melihat adanya pertimbangan dalam melakukan rapid test yakni dengan keterbatasan alat yang ada sehingga tidak banyak orang yang tersentuh dalam pengetesan massal yang dilakukan. Hal ini memunculkan berbagai dampak dan stigma masyarakat yang berbeda-beda, sehingga masyarakat merasa ketakutan dan cemas akan adanya coronavirus yang ada pada saat ini.
      Kecemasan sendiri merupakan sebuah respon terhadap situasi yang mengancam dan merupakan hal yang normal yang menyertai perkembangan individu. Covid-19 dapat menimbulkan kecemasan yang berlebihan akibat adanya pencarian informasi yang berasal dari social media yang kurang dapat di pertanggung jawabkan kebenarannya. Untuk itu berpandai pandai dalam menerima informasi dan perlunya mencari informasi terpercaya melalui laman resmi dari pemerintah.

Adapun dampak pandemic covid-19 ini terhadap kesehatan mental dapat terbagi menjadi 2 :
  1. Dampak langsung, yakni dampak yang ditimbulkan dari penyakit itu sendiri yang memunculkan masalah kesehatan. Misal, orang yang takut tertular, ketika orang yang sudah tertular menjadi cemas dan depresi.
  2. Dampak tidak langsung, disebabkan oleh hal-hal diluar penyakitnya, misal oleh kebijakan karantina wilayah yang dikeluarkan oleh pemerintah yang dapat membawa dampak, baik pada sisi ekonomi maupun perubahan sosial di masyarakat. Seperti halnya adanya mudik yang awalnya dilarang untuk dilakukan, namun pada kebijakan lain untuk pulang kampong sendiri diperbolehkan, sehingga menimbulkan kecemasan dan kebingungan tersendiri bagi masyarakat.

    Selain itu terdapat pula dampak secara ekonomi, yakni kebanyakan orang tidak bisa bekerja, sehingga menyebabkan penghasilan menurun, dan menimbulkan dampak bagi kesehatan mental seseorang. Adapun dampak lain seperti dampak sosial, yaitu seseorang tidak dapat berinteraksi dengan lingkungannya secara bebas seperti biasanya, sehingga dapat menyebabkan ketidaknyamanan dalam ruang sosial seseorang dalam berinteraksi antar satu sama lain.
    Dalam situasi seperti ini, seseorang akan mengalami kecemasan yang tinggi dan mengakibatkan seseorang untuk mencari infomasi yang berasal dari sosial media, sehingga kebenarannya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini tanpa disadari dapat menyebabkan psikosomatis yang berlebihan pada seseorang hingga menyebabkan seseorang menjadi depresi.

Faktor-faktor yang menyebabkan seseorang mengalami tekanan psikologis :
  • Takut terinfeksi virus.
  • Kekurangan kebutuhan dasar, seperti kesulitan dalam proses perniagaan (jual-beli) kebutuhan sehari-hari.
  • Tekanan psikologis muncul karena tuntutan penyesuaian perilaku, seperti adanya peraaturan untuk menjaga jarak aman, adanya sistem work from home yang memungkinkan seseorang kewalahan dalam mengerjakan tugas-tugas kantor maupun akademik dari rumah.
  • Larangan berkumpul, seperti adanya larangan berkerumun dan mengadakan acara yang menyebabkan banyak orang berinteraksi secara bebas, misalnya arisan, walimahan, hajatan, dll.

         Apa yang akan kita lakukan saat mengalami kecemasan ?
Yakni menanamkan mindset diri bahwa kecemasan merupakan hal yang normal dalam situasi yang abnormal. Cemas merupakan hal yang wajar di alami seseorang. Dan setiap individu memiliki kapasitas kecemasan yang berbeda-beda untuk dapat keluar dari kecemasan. Gunakan self help yang sudah anda buktikan efektif untuk mengatasi kecemasan di masa lalu.

         Kapan kecemasan dikatakan dalam taraf normal ?
Kecemasan dikatakan dalam taraf normal, jika kecemasan itu tidak mengganggu individu dalam berbagai aspeknya untuk berfungsi sebagai personal, anggota masyarakat atau sebagai seorang pekerja dan dapat menjalankan perannya dengan baik.

Dalam masa pandemic ini, kita dapat melakukan intervensi secara mandiri, yaitu dengan cara :
  • Mencari informasi dari sumber terpercaya. Yakni, dengan cara mencari informasi dari sumber-sumber resmi  yang terpercaya, serta hindari penggunaan media sosial yang tidak jelas kebenarannya.
  • Rekomendasi WHO (World Health Organization), untuk tetap tinggal dirumah, dan menerapkan gaya hidup sehat, seperti menjaga pola makan secara teratur, rajin        berolahraga, dan tidur secukupnya.
  • Menjaga komunikasi dengan keluarga dirumah dan teman-teman. Hal ini sangatlah penting dalam menjaga komunikasi satu sama lain, selain sebagai bentuk dukungan, juga dapat mengatasi kecemasan yang terjadi, yakni dengan saling men-support dan menjaga   hubungan baik dengan kerabat melalui media sosial.
  • Mencuci tangan dengan sabun.
  • Membawa hand-sanitizer ketika bepergian
  • Menjaga jarak fisik antar satu sama lain.
  • Hindari penggunaan zat-zat psikoaktif
  • Datang ke psikiater atau psikolog jika memang memerlukan bantuan intervensi.

Selain itu, kita juga dapat melakukan intervensi secara syar’i, yakni dengan melakukan hal seperti :
  • Husnudzon. Yakni berprasangka baik mengenai apa yang terjadi saat ini merupakan ketetapan  Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang terbaik, sehingga kita sebagai manusia diharapkan agar dapat memetik hikmah dari adanya pandemic covid-19 ini.
  • Taddabur Al-Qur’an. Yakni memahami kandungan-kandungan yang berisi di dalam Al-Qur’an dan mempelajari setiap makna serta mengambil pembelajaran dari makna yang terkandung dalam Al-Qur’an serta dapat mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  • Relaksasi Dzikir. Yakni melakukan relaksasi pernafasan dengan dibarengi ber-dzikir di dalam hati.
  • Terapi Sholat. Terapi ini tergolong efektif dalam mengatasi kecemasan dan berbagai masalah yang dihadapi.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK