Kesepian Sosial di Era Digital: Membangun Spiritualitas lewat Komunitas Islami
Oleh: Bidang Sosial
Di era digital saat ini, tidak bisa dipungkiri teknologi membuat semua orang terhubung, namun semakin banyak individu khususnya anak muda yang merasa sendiri. Riset terkini dari WHO dan berbagai lembaga kesehatan mental menunjukkan meningkatnya fenomena kesepian sosial (loneliness), stres eksistensial, dan krisis makna hidup di kalangan generasi muda. Mereka hidup dalam keramaian media sosial, tapi hati dan pikirannya terasa kosong. Dalam konteks ini, psikologi Islam menawarkan pendekatan holistik yang sangat relevan yaitu membangun spiritualitas sebagai fondasi ketenangan jiwa.
Spiritualitas dalam Islam tidak hanya bicara soal ibadah formal seperti salat dan puasa, tetapi juga soal makna hidup, koneksi dengan Allah, dan relasi dengan sesama. Dalam QS. Ar-Ra’d ayat 28 disebutkan bahwa “Hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenang.” Tapi bagaimana bisa seseorang merasakan ketenangan itu jika hidupnya penuh tekanan, kehilangan arah, dan tak memiliki dukungan sosial?
Di sinilah peran lingkungan sosial dan komunitas menjadi penting. Studi dalam psikologi menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk sosial: ia butuh rasa memiliki (sense of belonging) dan keterhubungan. Dalam konteks psikologi Islam, komunitas bukan sekadar kumpulan orang, tapi wadah tarbiyah ruhaniyah tempat jiwa bisa bertumbuh lewat ukhuwah, diskusi keimanan, saling menasihati, dan berbagi perjuangan hidup.
Faktanya, tak selamanya penggunaan media sosial hanya menimbulkan efek buruk saja. Bukti nyatanya adalah tren “anak muda hijrah” yang kini berkembang pesat di era digital seperti saat ini. Tren ini adalah salah satu cara untuk mengatasi kesepian sosial di era digital. Banyak anak muda yang merasa jenuh dengan gaya hidup hedonis lalu menemukan makna dan ketenangan saat bergabung dalam komunitas kajian Islam, mentoring keagamaan, atau kegiatan sosial berbasis nilai-nilai Islam. Tren hijrah di kalangan anak muda yang didorong oleh media sosial, dapat membantu mengatasi kesepian sosial dengan memberikan rasa kebersamaan, komunitas, dan dukungan spiritual.
Namun, kita juga harus realistis. Tidak semua komunitas religius sehat secara psikologis. Beberapa justru menjadi eksklusif, kaku, dan menekan individu. Maka, peran komunitas yang ideal adalah komunitas yang inklusif, terbuka, dan empatik yang dapat membimbing tanpa menghakimi dan menumbuhkan spiritualitas dengan pendekatan kasih sayang, bukan ketakutan.
Lingkungan sosial seperti keluarga, kampus, dan media digital juga berperan besar. Keluarga perlu membiasakan nilai spiritual sejak dini. Tidak hanya soal “beribadah”, tetapi juga membangun komunikasi batin. Kampus dan sekolah bisa menyediakan ruang dialog spiritual dan konseling berbasis nilai agama. Bahkan, media sosial pun bisa menjadi ladang dakwah spiritual jika digunakan dengan bijak.
Membangun spiritualitas di era modern bukan soal mundur dari dunia, tetapi tentang menemukan makna di tengah hiruk-pikuk dunia. Dalam kerangka psikologi Islam, seseorang yang terhubung dengan Allah, lingkungan yang mendukung, dan komunitas yang peduli, akan lebih mampu menghadapi tekanan hidup dan menjaga kesehatan mentalnya.
Jadi, jika kamu merasa kehilangan arah, solusinya bukan dengan menarik diri, tapi temukan komunitas yang bisa menumbuhkan jiwamu. Karena sering kali, jiwa yang sepi bukan karena jauh dari manusia, tapi karena jauh dari makna. Ingatlah, hati yang tenang lahir dari jiwa yang terhubung bukan hanya dengan manusia, tapi dengan Tuhan dan makna hidup itu sendiri. Maka, jangan biarkan dirimu larut dalam kesepian digital. Bangun spiritualitasmu, temukan saudaramu dalam iman, dan bersinarlah bersama komunitas yang membawamu lebih dekat pada cahaya Ilahi.
Sumber :
Kolom Mahasiswa Bersuara. (2024, December 18). Tren Hijrah di Kalngan Gen Z: Mencari Makna Hidup di Media Sosial. Retrieved July 23, 2025, from https://kemahasiswaan.uin-antasari.ac.id/tren-hijrah-di-kalngan-gen-z-mencari-makna-hidup-di-media-sosial/
BMC Psychology. (2023). It’s a feeling of complete disconnection: experiences of existential loneliness from youth to older adulthood. BMC Psychology. Retrieved July 24, 2025, from
https://bmcpsychology.biomedcentral.com/articles/10.1186/s40359-023-01452-4
United Nations News. (2025, June 30). Every hour, 100 people die of loneliness-related causes, UN health agency reports. Retrieved July 24, 2025, from https://news.un.org/en/story/2025/06/1165101
World Health Organization. (2025, July 14). Loneliness and isolation – the hidden threat to global health we can no longer ignore. Retrieved July 24, 2025, from https://www.who.int/news-room/commentaries/detail/loneliness-and-isolation-the-hidden-threat-to-global-health-we-can-no-longer-ignore
Komentar
Posting Komentar