Resiliensi Islam Sebagai Spiritual dan Psychological Coping Stress
Koping religius dan percaya kepada Tuhaberkorelasi meningkatkan kesehatan mental
(Pirutinsky dkk, 2020); koping religius juga berperan dalam memunculkan kesejahteraan
psikologis (Munawar, & Choudhry, 2020).
Menurut Pargament dan Brant (2000) religious coping memiliki berbagai bentuk
yang dimaknai berbeda oleh setiap orang.
Berdasarkan pandangan ini maka Pargament dan Brant (2000) membagi Religious coping
kedaalam tiga bentuk,
yaitu:
1. Helpful forms of Religious Coping
a. Dukungan spiritual (spiritual support) dan collaborative religious
coping. Pargament (1990) yang dimaksud dukungan spiritual adalah persepsi dukungan ketika
ia meyakini bahwa Allah SWT bersamanya, senantiasa menemaninya, memberikan petunjuk
saat ia menghadapi tekanan masalah.
b. Dukungan dari jema’ah (Congregational Support) Dukungan dari ulama atau dari jama’ah
ketika menghadapi masalah akan sangat membantu seseorang untuk keluar dari masalah.
c. Benevolent Religious Reframing Memaknai masalah atau peristiwa yang tidak mengenakan
dengan berbaik sangka kepada Allah SWT.
2. Harmful forms of religious coping
a. Ketidakpuasan terhadap jama’ah dan Allah SWT (Discontent with congregation and God)
Ketika seseorang mengatakan hal negatif tentang agama, umumnya ditujukan kepada para
jemaah, ulama atau ustadz. Pada akhirnya ekspresi negatif juga ditujukan kepada Allah SWT
sebagai bentuk dari ketidakpuasan terhadap apa yang sedang dialaminya. Memunculkan
hopeless, kehilangan harapan (despair), marah atau dendam dan emosi negatif lainnya.
b. Negative religious Reframing : God punishment Memandang bahwa peristiwa yang terjadi
padanya adalah bentuk hukuman yang Allah SWT berikan kepadanya. Hal ini memunculkan
perasaan bersalah dan ketakutan yang membuat coping nya menjadi tidak efektif.
Orang yang berhasil dalam menanggulangi masalahnya adalah orang yang tidak memaknai
hubungan dengan Tuhan saat ada masalah sebagai harmful.
3. Forms of religious coping with mixed
Implication
a. Religious rituals in response crisis
Melaksanakan ritual keagamaan yang bisa menumbuhkan ketenangan. Misalnya sholat,
membaca Al-Qur’an, dzikir, puasa,
berdo’a, dll.
b. Self directing coping
Menekankan pada perasaan, individu ikut bertanggung jawab dengan masalah yang dialaminya
dan aktif mencari solusi. Self directing konotasinya menjadi negatif manakala tidak dikolaborasi
dengan coping yang lainnya yaitu mencari solusi tanpa melibatkan keberadaan Tuhan.
c. Deferring & pleading religious
coping
Meyakini bahwa Allah SWT akan memberikan solusi terbaik untuknya atau menunggu petunjuk
dari Nya dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Deferring style menempatkan
tanggung jawab dan solusi pada petunjuk Nya. Kolaborasi dari semuanya adalah
menggabungkan antara usaha pribadi dan kebergantung pada pertolongan Allah SWT.
Komentar
Posting Komentar