Kenali Perilaku Gaslighting, sering merasa paling benar merupakan salah satu tanda gaslighter loh!
Written by Nikma Ulfatun Nisa
Belum lama ini kasus gaslighting terjadi pada aktor asal Korea Selatan, Lee Seung-gi.
Aktor yang sudah 18 tahun terjun dalam dunia entertainment tersebut mendapatkan perilaku gaslighting dari mantan agensinya, Hook Entertaiment. Pihak agensi
tersebut menyatakan bahwa seolah-oleh Lee Seung-gi ini merupakan penyanyi minus
dan penggemar tidak ada membeli albumnya bahkan mengancam akan membunuh saat
sang aktor menuntut pembayarannya.
Gaslighting
sendiri merupakan istilah yang merujuk pada suatu
bentuk manipulasi yang dilakukan oleh pelaku (gaslighter) yang bertujuan untuk memunculkan keraguan pada korban (gaslightee) sehingga dapat mempengaruhi
ingatan, memori, persepsi dan sudut pandang korban. Gaslighting termasuk dalam salah satu bentuk emotional abuse selain intimidasi dan penolakan. Istilah gaslighting ini pertama kali muncul pada
tahun 1944 dari sebuah film yang juga berjudul Gaslighting, film tersebut menceritakan bagaimana upaya manipulative yang dilakukan seorang
suami terhadap istrinya untuk menutupi tindak kriminal yang ditelah
dilakukannya. Lalu bagaimana sih
tanda-tanda yang menunjukan perilaku gaslighting? Apa yang harus dilakukan
ketika dalam kondisi tersebut?
Dalam sebuah situasi ketika kita sedang bergurau
dengan teman kita, tiba-tiba teman kita melontarkan sebuah gurauan yang
menyakitkan bagi kita dan kemudian kita mencoba untuk menergurnya namun
ternyata hanya diberi respon “Ah, itu mah kamu aja yang terlalu sensitif!”,
“Bercanda doang, baperan amat sih!” dan “Kamu juga sering gitu kok!” tentunya
kita akan mempertanyakan hal-hal tersebut pada diri kita dan menjadi ragu
terhadap diri kita sendiri atau self-doubt.
Ternyata hal-hal tersebut merupakan salah satu tanda dari perilaku gaslighting itu sendiri. Gaslighter sering kali melawan informasi
kontra agar sesuai dengan keinginannya, meremehkan atau merendahkan diri
korban, pelecehan verbal dalam bentuk lelucon kasar, berbohong serta
mengalihkan perhatian korban dari sumber luar.
Stern (2007, h.3) dalam
Sulistio (2020) menyatakan terdapat ciri-ciri yang dapat digunakan untuk
mengenail korban gaslighting
(gaslightee), diantaranya yaitu
kerapkali mengalami perasaan cemas berlebihan, mengalami penurunan kepercayaan
atas dirinya, merasa apapun kesalahan yang ada bersumber darinya, mengalami
kesuliatan dalam membuat keputusan hingga kecenderungan untuk meminta maaf
terhadap hal buruk yang bukan kesalahannya. Selanjutnya Stern menyatakan bahwa
"Seseorang dapat mencoba memberi Anda gaslighting dan begitu Anda dapat
mengidentifikasi apa yang terjadi, Anda dapat mulai mematikan gaslighting dan
menyembuhkan”. Berpegang terhadap realitas yang kita punyai (Trusting your own version of reality)
dan tidak tidak mengizinkan orang lain untuk mengubahnya tanpa bukti yang kuat
dapat menjadi hal yang dapat kita lakukan ketika berada dalam situasi gaslighting. Dalam situasi gaslighting kita diberitahu bahwa naik
adalah turun dan hitam adalah putih, satu-satunya cara untuk memahaminya adalah
dengan tetap bersikap tegas terhadap memori yang kita miliki. Biarkan orang
memiliki fakta alternatif mereka namun diri kita akan tetap berpegang pada
kenyataan.
Daftar Referensi
Sulistio, Rahadian Arrasyid (2020) Perancangan Informasi
Gaslighting Dan Pengaruhnya Dalam Relasi Orangtua Dan Anak Melalui Media Buku
Ilustrasi. Other thesis, Universitas Komputer Indonesia.
Leve, A. (2017). How to survive gaslighting.
Ruíz, E. (2020). Cultural Gaslighting. Hypatia, 35(4),
687–713. https://doi.org/10.1017/hyp.2020.33
Halo sobat Al-qolam buat kamu yang karya tulis tapi di diemin aja, hmm sayang banget nggak tuhh. Dari pada bingung, yuk kirim tulisan mu ke emal: kspialqolamums@gmail.com, dan jangan lupa konfimasi yah: wa.me/6289628513503.
Note: Apabila tulisan kamu dalam 1 minggu belum kami upload, secara otomatis tulisan kamu belum diterima , nggak usah khawatir yahh, bisa di coba lagi. Terus semangat jangan lupa berkarya!!
Komentar
Posting Komentar