Pengaruh Cognitive Behavior Religious Therapy dalam Menurunkan Tingkat Kecemasan Umum pada Penderita Myastenia Gravis

 

Foto oleh Alex Green dari Pexels

Oleh : Wisnu Catur Bayu Pati, Usmi Karyani, Puspitasari Dwiaryani

Myastenia gravis merupakan salah satu karekteristik penyakit autoimun pada manusia. Myastenia gravis adalah gangguan pada myoneural junction akibat adanya reaksi autoimun dimana terdapat antibodi yang menempati reseptor asetilkoin pascasinap yang ditandai dengan suatu kelemahan abnormal dan progresif pada otot yang dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan kelelahan saat beraktivitas (Bahrudin, 2017).

Menurut Asriwati (2017) Menjalaskan bahwa Myasthenia gravis (MG) merupakan kelainan neuromuskular yang menyebabkan kelemahan pada otot lurik, yang merupakan otot yang digunakan tubuh untuk bergerakan. Miyastenia gravis dapat terjadi akibat terputusnya komunikasi antara saraf dan otot. Kondisi kronis ini dapat terjadi pada semua orang dari segala usia, akan tetapi penyakit ini paling umum dialami oleh wanita berusia dibawah 40 tahun dan pria di atas 60 tahun. Orang-orang yang didiagnosis mengalami penyakit myastenia gravis seringkali memunculkan fikiran-fikiran dan perilaku yang kurang tepat. Seringkali penderita myastenia gravis merasa takut, cemas, gelisah, tidak berdaya dan cenderung pasrah dengan keadaan. Selain itu gangguan yang sering muncul yaitu sulit berkonsentrasi, gemetaran dan sulit dalam mendapatkan ketenangan.

 Said (2013), menyampaikan bahwa kecemasan merupakan kondisi kejiwaan yang penuh dengan kekhawatiran dan ketakutan akan apa yang mungkin terjadi, baik berkaitan dengan permasalahan yang terbatas maupun hal-hal aneh yang mungkin terjadi. Emosi seperti sedih dan sakit pada umumnya akan hilang dengan menghilangnya penyebab kemunculannya, namun tidak dengan kecemasan. Kecemasan atau anxiety merupakan salah satu bentuk emosi individu yang berkenaan dengan rasa terancam oleh sesuatu, biasanya dengan objek ancaman yang tidak begitu jelas. Kecemasan dengan intensitas yang wajar dapat dianggap memiliki nilai positif sebagai motivasi.

Menurut Singgih (2003) kecemasan merupakan rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Kecemasan dapat di artikan sebagai suatu kekuatan yang besar dalam menggerakan tingkah laku, baik yang normal maupun tingkah laku yang menyimpang, yang terganggu, keduaduanya adalah suatu pernyataan, penampilan, penjelmaan dari pertahanan terhadap kecemasan itu sendiri. Gangguan kecemasan pada umumnya adalah suatu kondisi penyebab kegelisahan atau ketegangan yang menahun dan berlebihan, seringkali tidak dipicu oleh faktor-faktor provokatif apapun (Ramaiah, 2003).

Terapi kognitif merupakan  terapi yang Menggunakan pendekatan terstruktur, afektif, diirektif dan berjangka waktu singkat, untuk menghadapi berbagai macam hambatan dalam kepribadian seperti ansietas atau depresi. Terapi kognitif dapat digunakan untuk mengidentifikasi perbaikan gejala perilaku yang tidak sesuai dan fungsi kognisi yang terhambat, yang mendasari kognitifnya yang ada (Jones, 2011). Terapi ini merupakan terapi yang menggabungkan antara terapi perilaku dengan terapi kognitif yang mengakomodasi nilai-nilai agama. Dalam penelitian ini agama yang dimaksud adalah agama Islam. Terapi kognitif perilakuan religius yang mengakomodasi nilai Islam telah dikembangkan di Indonesia melalui penelitian Trimulyaningsih dan Subandi (2010). Terapi kognitif dalam perilakuan religius ini mengacu pada prinsip terapi kognitif-perilakuan bagi penderita kecemasan yang dapat diadaptasi dengan menggunakan sumber-sumber dari agama Islam dalam teknik yang digunakan. Tujuan dari terapi ini adalah untuk mengubah pikiran atau keyakinan klien yang maladaptif, tidak produktif, dan melemahkan, serta mengadopsi dan memperkuat proses kognitif yang lebih adaptif didasari pada keyakinan dan nilai-nilai agama Islam (Trimulyaningsih & Subandi, 2010). Berdasarkan proses cognitive behavior religious therapy (CBRT), diperoleh hasil bahwa terapi CBRT terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan umum pada penderita myastenia gravis. cognitive behavior religious therapy (CBRT) dapat menurunkan kecemasan umum pada penderita myastenia gravis. Fikiran-fikiran negatif subjek seringkali mempengaruhi perilakunya, dimana ia sering melakukan tidakan yang kurang tepat seperti menjauh dari lingkungan sekitar, tidak dapat membantu orangtua, dan takut ketika harus membaca al qur’an.

 

Editor: Firsty Nurmeiliza

Halo sobat Al-qolam buat kamu yang karya tulis tapi di diemin aja, hmm sayang banget nggak tuhh. Dari pada bingung, yuk kirim tulisan mu ke emal: kspialqolamums@gmail.com, dan jangan lupa konfimasi yah: wa.me/6289628513503.

Note: Apabila tulisan kamu dalam 1 minggu belum kami upload, secara otomatis tulisan kamu belum diterima , nggak usah khawatir yahh, bisa di coba lagi. Terus semangat jangan lupa berkarya!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK