ISLAMIC TECHNIQUES OF ANGER COPING (STRATEGI DALAM MEREDAKAN AMARAH DENGAN TEKNIK ISLAMI)

 

Ø  Apa itu marah ?

Marah merupakan salah satu luapan emosi negatif yang dirasakan seseorang sebagai perwujudan dari rasa tidak nyaman yang tengah dirasakannya. Sedangkan marah menurut Satorius (2002)  merupakan salah satu emosi yang membengkakkan mulut (swell mouth) yang mana membuat individu menjadi tidak mungkin berkata benar, berfikir efektif dan memiliki sikap diskriminatif ketika bertindak. Sehingga dalam hal ini banyak orang yang mempersepsikan bahwa marah bukanlah suatu hal yang baik ketika melihatnya.

Ø  Apa saja sih penyebab rasa marah muncul ?

Rasa marah dapat terjadi ketika adanya salah satu motivasi dasar manusia yang tidak dapat terpenuhi karena adanya penghambat, sehingga mengakibatkan seseorang dapat bersikap memberontak, melawan, bahkan adapula yang berjuang untuk melawan hambatan tersebut untuk memenuhi apa yang menjadi keinginannya (Najati, 2004)

Ø  Lalu adakah dampak yang ditimbulkan ketika seseorang marah ?

Yaa, kemarahan yang dirasakan oleh seseorang dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan dalam berfikir, yang mana ketika orang yang sedang marah tidak dapat membuat keputusan secara tepat berdasarkan akal fikiran yang jernih sehingga keputusan yang diambil bukanlah suatu keputusan yang tepat (Najati, 2004). Selain itu, kemarahan dapat pula mempengaruhi fisiologis seseorang, yang mana ketika seseorang marah dapat mengaktifkan kelenjar adrenal untuk melepaskan hormone adrenalin sehingga dapat membuat jantung berdetak lebih cepat dan mengakibatkan seseorang menjadi darah tinggi serta napas yang terengah-engah (Peacock, 2000).


Ø  Islamic Techniques sebagai strategi meredakan amarah.

Menurut Shahsavarani (2016) Islamic techiques adalah cara berfikir islami yang digunakan    untuk menurunkan perasaan marah dan menumbuhkan keyakinan dalam memaafkan (efficacy of forgiveness) (dalam Anugrah, dkk 2020)

Ø  Menurut Shahsavarani dkk (2016) ada metode utama yang dapat digunakan untuk menekan kemarahan yang dirasakan seseorang, yakni dengan cara :

1.      Mengetahui motif dan penyebab.

Yakni mencari tahu apa yang menjadi sumber dan penyebab rasa marah yang kita alami. Dalam hal ini, kita perlu menanyakan pada diri kita sendiri sebagai salah satu bentuk instropeksi diri.

2.      Membandingkan kerugian dari marah dan keuntungan dari mengalah.

Bukan suatu hal yang benar jika kita menjadi seorang yang memiliki watak pemarah, terlebih sifat tersebut membuat kita semakin merugi apabila terus menerus dilakukan. Alangkah baiknya kita dapat bersikap tenang dan menyelesaikan segala hal dengan kepala dingin. Dalam hal ini dijelaskan dalam Q.S Ali-Imran ayat 134 :

                 ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya : (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.

3.      Mengingat hukuman dari Allah.

4.      Menghindari individu dengan sifat pemarah dan agresif.

Sebagai seorang makhluk sosial kita harus pandai-pandai dalam bergaul dengan cara mencari teman yang mampu membawa kita ke arah kebaikan dan menjauhkan dari perbuatan yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.

5.      Berdiam diri dan merubah posisi.

Saat kita merasakan perasaan marah, alangkah baiknya kita menghindari keramaian menuju tempat yang sepi. Hal ini bertujuan agar kita dapat berdiam diri dan memberikan waktu kepada diri kita untuki bersikap lebih tenang dan mampu menguasai keadaan yang baru saja terjadi. Selain itu dijelaskan dalam sebuah H.R. Abu Daud nomor 4782 yang artinya "Bila salah satu diantara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun, jika tidak lenyap pula maka berbaringlah."

6.      Menghalangi sumber-sumber kemarahan.

Yakni kita dapat senantiasa beristighfar ketika mulai merasakan perasaan marah pada diri kita. Dengan beristighfar dapat membuat hati menjadi tenang dan tidak mudah untuk terpancing oleh hal-hal yang menyebabkan amarah timbul.

7.      Memikirkan dampak yang di timbulkan.

Terdapat pepatah menyebutkan bahwa “fikirkan terlebih dahulu sebelum bertindak”, artinya segala sesuatu yang akan kita lakukan hendaknya difikirkan terlebih dahulu, agar tidak menjadi duri bagi diri sendiri maupun orang lain dikemudian hari.

8.      Marah adalah penyakit hati.

Hal yang dapat ditanamkan p[ada diri kita bahwa amarah dapat merubah cara pandang, rasionalitas dan kontrol diri menjadi rendah. Yang mana jika amarah selalu terus menerus timbul di hati akan menyebabkan dampak negatif bagi diri kita.

9.      Membaca biografi tokoh yang berwatak sabar.

Yaitu dengan cara mencari sumber literatur mengenai biografi tokoh-tokoh islam sebagai salah satu bentuk sikap keteladanan dan muhasabah diri menjadi individu yang lebih baik.

10.  Memaafkan.

Dengan memberikan maaf kepada orang lain, sesungguhnya kita menjadi seseorang yang ikhlas dan merelakan apa yang telah dilakukan orang lain terhadap kita. Selain itu, dengan kita menjadi seorang pemaaf dapat menjadikan kualitas diri kita menjadi lebih baik dan akan terangkat derajatnya di mata Allah Subhanahu Wa Ta’ala.


Dengan penerapan strategi islam yang baik, kita akan dapat mengelola berbagai perubahan emosi yang terjadi dalam diri kita terlebih dengan adanya perkembangan yang terjadi di lingkungan sekitar yang mampu mempengaruhi adanya perubahan emosi dalam diri. InsyaAllah.


REFERENCES :

Anugrah, H. S., Setiawan, K., Luthvia, Y. N., & Chizanah, L. (2020). Islamic Techniques of Anger Coping : Studi Eksperimen Mengenai Strategi Meredakan Luapan Kemarahan. Psikologi Islam : Kajian Teoritik dan Penelitian Empirik , 351-367.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PSIKOTERAPI ISLAM : TEORI DAN PRAKTIK MENGATASI GANGGUAN KEJIWAAN

MENGAPA KITA BISA INSECURE?

MENGENAL ISTILAH TOXIC PARENTING DAN PENGARUH POLA ASUH TERHADAP PSIKOLOGIS ANAK