"HARAMKAH MEMELAJARI PSIKOLOGI KONTEMPORER BAGI SEORANG MUSLIM ?”
Oleh : M. Rabili
Sebelum
memutuskan mengenai hal ini, akan lebih baik apabila kita mengorek lebih lanjut
mengenai psikologi kontemporer,bagaimana perjalanan ilmu ini. Istilah Psikologi
berasal dari kata Psyche dan Logos yang dikemukakan oleh Plato.Kemudian,
Aristoteles memperbaharui psyche menjadi anima, yang dimaksudkan adalah, bahwa
manusia adalah hewan yang mampu berpikir. Anima dibagi menjadi dua, yaitu :
anima sensitiva dan anima intelektiva. Selanjutnya, ada tipologi hipocrates
yang menyatakan bahwa manusia itu tergantung pada cairan dalam tubuh yang
mendominasinya, yaitu :
- Melankolis, di dominasi oleh cairan empedu hitam
- Phlegmatis, di dominasi oleh lendir
- Sanguis, di dominasi oleh cairan darah
- Koleris, di dominasi oleh cairan empedu kuning
Ilmu
ini terus berkembang, pada tahun 1800-an, Wilhem Wundt mendirikan laboratorium
psikologi pertama di Leipzig, Jerman. Wundht ini merupakan penganut aliran
strukturalisme dalam psikologi, aliran yang dasarnya merupakan kesadaran yang
nampak. Setelah itu, ada aliran materialisme, aliran yang hanya percaya dan
fokus pada apa-apa yang nampak dan konkrit, tidak percaya dengan adanya sesuatu
yang abstrak dan tidak nyata wujudnya. Berlanjut ke aliran selanjutnya, yaitu
aliran fungsionalisme. Salah atu toloh aliran ini adalah William James, aliran
inipun masih bersifat meterialis. Ada lagi teori psikodinamika atau
psikoanalisis yang salah satu tokohnya adalah Sigmund Freud. Tahukah kalian,
bahwa dalam menemukan teori ini, Freud di bantu oleh kokain, rokok dan heroin?
Teori inipun dikritik karena analisis mimpinya dan cakupan pembahasan mengenai
hal-hal yang aneh. Tidak berhenti di psikodinamika, aliran setelah itu adalah
aliran behavioristik, inti dari teori ini adalah bahwa manusia merupakan
mekanisme biologis semata.
Teori
yang berbeda jauh dari teori sebelumnya adalah teori humanistik, yang percaya
bahwa semua manusi itu memiliki potensi. Salah satu tokohnya yaitu Victor
Frankle yang menulis buku “ The Meaning of Life” dalam bukunya tersebut ia
mengatakan bahwa manusia itu punya potensi, kalau potensi itu bisa diasah maka
akan menjadi Tuhan yang baru. Na’udzubillahi min dzaalik. Tokoh lain lairan
humanis adalh Abraham Maslow yang mencetuskan teori hierarcy of needs, fakta
yang mencengangkan adalah Maslow ini mengahkiri hidupnya dengan tangan sendiri,
akibat ia merasa hampa dengan teorinya, dia sudah mencapai kesuluran kebutuhan
yang ada pada teorinya, namun pada akhirnya ia merasa bahwa teorinya hanya
mencapai kehampaan. Satu lagi yang perlu kita tahu, bahwa dalam revisi DSM terbaru,
LGBT sudah bukan lagi termasuk ke-abnormalan. Mereka memutuskan ke-abnormalan
itu melalui konsesnsi, yang mana orang paling minoritas maka ia yang abnormal. Dari
uraian diatas, masing-masing kita dapat menarik kesimpulan, bagaimana mempelajari
psikologi yang mendatangkan banyak madharat daripada manfaatnya.
Wallahua’lam bisshowwab.
Wallahua’lam bisshowwab.
Komentar
Posting Komentar